PURWAKARTA-Ada yang menarik pada peringatan Hari Bela Negara ke-74 yang jatuh pada Senin, 19 Desember 2022 lalu. Seperti yang ditunjukkan oleh Bintara Pembina Desa (Babinsa) Cihanjawar, Koramil 1903/Darangdan, Kodim 0619/Purwakarta Serda Tri Gunawan.
Tri bersama-sama warga di Kampung Sukajaga, Desa Cihanjawar, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta, melaksanakan kerja bakti, membersihkan dan mengecat Monumen Peluru yang menjadi ikon di kampung itu.
Untuk diketahui, Monumen Peluru ini berupa tugu yang di puncaknya ada replika amunisi. Bagi masyarakat sekitar, monumen tersebut sering di sebut Tugu Pelor. Kata pelor sendiri merupakan sebutan untuk peluru atau amunisi dalam Bahasa Sunda.
Pada Monumen Peluru itu tertera tulisan nama-nama para pejuang korban Agresi Belanda pada 1948 lalu. Ketujuh nama tersebut adalah Enos Sanosi, Jamhur, Jakaria, Oji, Adung, Oha dan Arja.
Baca Juga:SMP Islam Daarul Adzkia Dilatih Mitigasi Bencan GempaBimbingan Kesehatan Selama Hamil hingga Pasca Melahirkan, Kelas Ibu Hamil Cegah Stunting Anak
Dikonfirmasi terkait kegiatan itu, Dandim 0619/Purwakarta melalui Danramil 1903/Darangdan Kapten Arm Deni Kristian menyebutkan, Monumen Peluru dibangun pada 1980 untuk mengenang gugurnya tujuh pejuang saat Agresi Militer Belanda pada 1948.
“Monumen ini selalu dalam perawatan setiap menjelang HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus setiap tahunnya. Namun, bertepatan dengan Hari Bela Negara, kami bersama warga berinisiatif membersihkan dan mengecat ulang,” kata Deni kepada wartawan, Rabu (21/12).
Sekadar informasi, ketujuh pejuang yang namanya tertera pada monumen tersebut merupakan tokoh masyarakat yang pada saat itu diculik tentara Belanda. Malangnya, ketujuh tokoh tersebut kemudian ditembak mati tepat di lokasi monumen tersebut berdiri.
Monumen Peluru dibangun sebagai penanda dan pengingat bahwa pernah terjadi peristiwa yang layak dikenang hingga saat ini.
Meski setiap tahun rutin dirawat, Monumen Peluru sempat mendapat renovasi dari mahasiswa asal Jakarta yang tengah praktik lapangan di Desa Cihanjawar pada 2018.
“Monumen ini sebagai bentuk penghargaan kepada para pejuang sekaligus pengingat bagi generasi saat ini untuk jangan sekali-kali melupakan sejarah,” ucap Deni.(add/sep)