Oleh :
Margareta D., S. Pd ( Guru Geografi SMAN 1 Muntilan,Magelang, Jateng )
Tahun pelajaran 2022/2023 menjadi tonggak awal berpindahnya kehidupan masyarakat yang dulunya harus bergelut dengan suatu penyakit yang fenomenal yaitu Corona virus Disease – 19 ( COVID-19 ) yang kemudian menjadi pandemic yang terakhir bermutasi menjadi jenis Omicron. Hal ini terjadi pula pada dunia pendidikan, perubahan juga terjadi, dari semula kegiatan belajar mengajar siswa dan guru dengan kebijakan belajar dari rumah ( study from home ) yang sangat berdampak pada semua proses maupun hasil pembelajaran, bermetamorfosa menjadi pembelajaran tatap muka, dari semula menggunakan LMS ( Learning Management System ) untuk mewadahi kegiatan guru dan murid berubah menjadi pembelajaran yang terjadi secara tatap muka atau luar jaringan ( luring ).
Pembelajaran luring di SMAN 1 Muntilan sudah diawali dengan kegiatan PTM terbatas, kemudian PTM penuh pada akhir semester ke 2 tahun pelajaran 2021/2022, harusnya pembelajaran sudah berjalan lancar dan seperti sedia kala, namun kenyataan berbicara yang sangat kontradiktif, anak – anak terbiasa dengan kebiasaan pembelajaran daring. Walaupun sudah menggunakan LMS dari sistem komputer yang dikembangkan secara khusus untuk mengelola kursus online, mendistribusikan materi pelajaran dan memungkinkan kolaborasi antara siswa dan guru, serta melakukan penilaian dengan menggabungkan atau meng-embed-kan google form didalamnya, namun pada kenyataan anak anak terbawa oleh suasana dimana dengan daring sangat lekat kebiasaan yang sangat tidak kita inginkan keberadaannya. Anak – anak belum menunjukkan karakter yang menjadi dambaan sebuah proses pembelajaran yang menjadi ruh dari kurikulum Merdeka, yaitu penerapan profil pelajar pancasila.
Sejatinya pada kurikulum ini mengakomodasi pembentukan karakter sesuai dengan profil pelajar pancasila yang sebagian dimensinya adalah beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, gotong royong, mandiri, berdaya saing global, kreatif dan bernalar kritis. Sebuah profil manusia dengan karakter yang harus dimiliki semua pelajar Indonesia. Konsep ini terkandung profil manusia yang bisa menyelesaikan permasalahan kehidupannya, sesuai dengan tuntutan akhlak mulia, mampu memecahkan masalah dengan mandiri dan bernalar kritis, manusia yang kreatif dan mampu memaksimalkan talentanya demi dapat masuk dan menjadi aktor dalam persaingan global. Anak – anak yang yang mempunyai nilai luhur dan mempunyai semangat dan gerakan yang diharapkan seseuai dengan ketrampilan abad 21.M