Kisah Anak Punk Jalanan di Pantura Subang
Kaos hitam lusuh, dengan celana ketat serta rambut berwarna dan tak beraturan sepertinya sudah menjadi ritual khusus bagi komunitas anak punk di penjuru Indonesia. Salah satunya di Pamanukan, Subang, Jawa Barat.
CINDY DESITA, Subang
Selama ini, komunitas anak punk dan jalanan sering dipandang remeh dan sebelah mata oleh masyarakat. Kehidupan mereka yang cenderung bebas seolah-olah melekat menjadi identitas mereka.
Amei Natasya (23), Muhammad Rifki (23), dan Subhan Taufik (22) merupakan anak jalanan yang tergabung dalam komunitas punk.
Subhan anak punk asal Tambakdahan, Subang ini mengaku sering mendapatkan perlakuan tidak baik dan mendapatkan komentar negatif yang menyakitkan hati dari masyarakat sekitar.
Baca Juga:Bulog Subang Targetkan Serap 10.000 Ton Beras dari Petani Serikat Perusahaan Pers Ikut Meriahkan HPN 2023, Akan Gelar Kongres ke-26 dan Seminar Media
“Mungkin karena penampilan kita kaya gini jadinya kita gak diterima baik sama masyarakat. Tapi di sisi lain kami tidak pernah mengganggu mereka, kami cari makan dengan cara kami sendiri. Lalu mengapa kalian memusuhi dan selalu menghakimi kami,” ujarnya.
Ia mengatakan, tak masalah jika ia dan teman-temanya dipandang tidak baik oleh masyarakat sekitar. Maka dari itu, Subhan ingin mengubah citra tidak baik anak punk menjadi citra baik di hati masyarakat.
“Sebenernya gak semuanya anak pank itu buruk, kita juga sering ngadain acara kaya kolektifan sama komunitas punk lain. Uang hasil dari acara itu sebagian kota bagikan untuk santunan anak yatim di sekitar sini,” jelasnya.
Mengais Rezeki dari Mengamen
Dengan bermodalkan gitar okulele, Amei Natasya Muhammad Rifki, dan Subhan Taufik mencoba mengais rezeki di sepanjang Jalan Pantura dengan cara mengamen. Ada yang berperan sebagai penyanyi, memainkan gitar okulele, dan meminta uang seusai lagu dinyanyikan.
Beberapa masyarakat yang disuguhkan lagu-lagu oleh ketiga anak punk tersebut sepertinya acuh dan tak mau mengedengarkan lagu yang dinyanyikan.
“Permisi, kakak, ibu, bapak,” ucap Amei Natasya dengan menyodorkan plastik bekas makanan ringan yang digunakan untuk meminta uang, seusai lagu disuguhkan.
“Dari pada mencuri, lalu ditangkap polisi mending ngamen walaupun terkadang orang berlari atau jijik ketika melihat kita,” kata Amei.