Makanya dalam setiap ibadah hendaknya pelaku selalu memperhatikan dengan seksama tentang niyat dan keikhlasannya. Ingat sebuah kisah ahli ibadah , seorang bernama Abu bin Hasyim tak pernah absen dalam melaksanakan sholat tahajud dan bermunajat kepada Allah ,  asyik beribadah memikirkan diri sendiri  dan oleh karenya tak pernah tercatat amalannya dalam buku catatan Malaikat atau tidak ada dalam catatan sebagai hamba pecinta Allah. Dan malaikatpun pun berkata kepada Hasyim setelah terjadi dialog dengan mengatakan : “ Wahai Abu bin Hasyim : Engkau memang bermunajat kepada Allah, tapi engkau pamerkan dengan rasa bangga kemana mana dan asyik beribadah memikirkan diri sendiri. Tetanggamu ada yang sakit atau lapar, tidak engkau tengok dan beri makan. Bagaimana mungkin engkau menjadi hamba pecinta Allah. Kan sia sia atau ngeres namanya. Mendengar ucapan utusan Allah tersebut, Abu bin Hasyim pun sadar bahwa hubungan harmonis tidak semata diciptakan hanya untuk Allah , akan tetapi juga kemesraan dengan sesama manusia atau ciptaannya (Mukasyafatul Qulub karya Imam Al Ghazali).
Belajar dari pengalaman Hasyim tersebut, perlu kiranya kita bermuhasabah dan mengevaluasi niyat dan keikhlasan setiap ibadah yang kita lakukan sehingga amalan yang kita laksanakan bisa diterima Allah swt bukan sebaliknya. Ikhlas adalah menjadi intisari keimanan seseorang dan kualitas tertinggi kemurnian hati dan niyat menjadi komponen utama dal setiap ibadah. Jangan sampai ada niyat ibadah karena bukan Allah maka hanya mendapatkan dunianya tapi tidak dengan akheratnya. Sesungguhnya setiap amal tergantung dari niyatnya dan balasannypun tergantung niyatnya (Buchari –Muslim).
Maka berhati hatilah setiap melaksanakan ibadah karena salah niyat dan ketidak ikhlasan, akan menjadi sia sia adanya. Allah swt pun telah menyindir dalam sebuah surat pada ujung Al Qur’an yaitu pada surah Al Ma’un ayat 4-7 : “ Maka celakalah orang yang sholat yaitu orang orang yang lalai terhadap sholatnya, yang berbuat riya’dan enggan memberikan bantuan. Ayat tersebut menegaskan bahwa dalam ibadah harus diluruskan niyatnya dan berdampak pada akhlak dan peduli terhadap sesama machluk hidup ciptaan Allah.