SUBANG-Memiliki kecintaan di dunia usaha kuliner tidak hanya membuat orang yang melakukanya merasa senang. Lebih dari itu, hal tersebut bisa menjadi inspirasi bisnis yang berpotensi menjadi sumber penghasilan.
Hal tersebut merupakan langkah awal Deavina (25) untuk membangun usaha kuliner dengan olahan Mentai. Sejak tahun 2020 hingga saat ini, Deavina menamai tempat usahanya tersebut dengan nama Tinmentai.
Mentai adalah pelengkap makanan khas Jepang yang saat ini memiliki inovasi unik. Melihat berbagai inovasi menu yang tersedia, umunya saus Mentai disajikan dengan nasi serta pelengkap seperti salmon atau daging yang sudah dibumbui.
Baca Juga:PT Bima Eka Jaya Gagal Bangun MPP, Pemda Minta Lahan DikosongkanDua Bulan, Bapenda Subang Raih Rp40 miliar
Menurutnya, usaha kuliner Mentai tersebut ia tekuni saat dirinya telah berhasil mengenyam pendidikan di Fakultas Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Bandung pada tahun 2020 silam.
“Setelah selesai kuliah, waktu itu masih zaman covid kemudian saya pulang lagi ke Pamanukan dan memiliki ide untuk membuka usaha kuliner yang beda dengan kuliner lainnya, yaitu Mentai. Memang agak gak nyambung sih, dari arsitektur ke kuliner hehe,” ujarnya.
Deavina membuka usaha kuliner Mentai tersebut, bukan serta merta dirinya asal saja dalam membuat hidangan masakan. Tetapi, hidangan Mentai sudah lama menjadi makanan kesukaannya.
“Kebetulan saya juga pas zaman kuliah suka sekali makan Mentai dan pada saat itu Mentai juga sedang viral. Terus saya lihat di Pamanukan belum ada yang buka usaha kuliner mentai,” ungkapnya.
Melihat adanya potensi dan peluang itulah, Deavina akhirnya memutuskan untuk membuka usaha kuliner dengan menu utama mentai. Saat di tahun 2020, usaha tersebut masih baru berjalan, ternyata Deavina belum memiliki outlet seperti sekarang ini.
Pada saat itu, ia memanfaatkan media sosial Whatsapp, Instagram, dan layanan pesan antar untuk mempromosikan dan menjual produk Mentai buatanya. Menurutnya, melalui media sosisal antusiasme masayarakat Pamanukan terhadap olahan mentai sangat tinggi dan akhirnya ia pun memutuskan untuk membuka outlet.
Tak hanya berhenti sampai di situ saja, Deavina pun memiliki kendala yang dihadapi saat menjalankan usahanya. Kendala yang sering dirasakan oleh Deavina yaitu pada situasi outlet, yang kadang ramai pengunjung dan kadang juga sepi pengunjung.