Pojokan 147 “Sang Ideolog”

kang marbawi
kang marbawi
0 Komentar

“Sejarah bangsa banyak yang tidak tahu, mereka lebih banyak melihat konteks kepentingan sesaat dan kelompok,” tuturnya.

Penyematan diksi sang ideolog, rasanya tepat. Sebab apa yang melandasi semua keputusan dan kebijakan “sang ideolog” ini selalu dilandasi dengan pemikiran kebangsaan dan ideologi Pancasila. Baginya, dasar negara dan marwah bangsa adalah harga mati. Tak peduli dengan popularitas atau kepentingan politik manapun. Bagian ini yang juga menjadi penggugah saya untuk hidmat dalam konteks mengekspresikan rasa kebangsaan dan keideologian Pancasila. Tentu dengan kadar dan kapasitas saya.

Sang ideolog ini juga politisi kawakan. Pemimpin partai pula! Saya pun paham, sebagai politisi ada kalkulasi-kalkulasi yang menjadi pertimbangannya. Namun biarlah, itu urusan sang ideolog dengan partainya. Yang saya tahu sebagai orang gumunan plus awam, saya terinspirasi dengan dirinya.

Baca Juga:Ajak Masyarakat Optimalkan Ramadhan, Sinergi Foundation Membuka Penerimaan Ziswaf Selama RamadhanKembali Berikan Bantuan dan Senyuman, Sinergi Foundation Salurkan Paket Ramadhan Bagi Penyintas Gempa Cianjur

Sebab bangsa ini, membutuhkan orang yang dengan keberanian tinggi dan ketabahan tak terbatas untuk memerjuangkan ideologi Pancasila. Memerjuangkan marwah bangsa, menjaga intisari dari pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, agar tak oleng oleh kepentingan apapun dan oleh siapapun. Membutuhkan stamina kuat untuk terus menyemai, menanam, merawat, menjaga dan menguatkan Pancasila dan UUD 1945.

Setelah mangkatnya Gus Dur, Hasyim Muzadi, Buya Safii Maarif, Baharuddin Lopa dan beberapa tokoh lainnya, bangsa ini membutuhkan tokoh ideologis untuk menguatkan ke-Indonesiaan kita. Bangsa ini membutuhkan seseorang yang telah selesai dengan dirinya sendiri. Yang bisa bergerak dalam sekala yang lebih luas dan terlepas dari sekat primodial tribalisme suku, partai, agama dan kepentingan. Seseorang yang siap untuk berjuang dan berkorban untuk ideologi kebangsaan, kemaslahatan umat, kemanusiaan, keutuhan dan kekokohan bangsa. Dizaman hedonis dan maraknya flexing, semakin sulit menemukan orang yang telah selesai dengan dirinya sendiri. Entah siapa itu? (Kang Marbawi, 08.04.23)

Laman:

1 2
0 Komentar