PASUNDAN EKSPRES – Lebih dari 800 mahasiswa Indonesia terjebak di tengah-tengah perang saudara yang tiba-tiba terjadi di Sudan.
Kondisi mereka sangat memprihatinkan karena mereka kekurangan logistik dan kena mental.
Meskipun tidak ada laporan mengenai korban jiwa atau luka-luka dari WNI, namun kondisi mereka yang genting memerlukan bantuan segera.
Baca Juga:Cara Mudah Cek Tagihan Kartu Kredit CC BCA Lewat HP dan Tutorial PenggunaannyaLiga Champions: AC Milan Menunjukkan Keahliannya di Markas Napoli
Mengutip dari Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Sudan, Arya Kurniantoro, sekitar 90% dari total 1.000 WNI berada di Kota Khartoum, ibu kota Sudan.
Perang saudara pecah pada Sabtu, 15 April 2023, secara tiba-tiba dan mengejutkan para mahasiswa Indonesia.
Dalam wawancara dengan detikEdu pada Rabu, 19 April 2023, Arya mengatakan bahwa perang ini termasuk dadakan dan tidak ada ancang-ancang sama sekali.
Kegiatan mahasiswa pada waktu itu seperti biasa saat Ramadan, tapi tiba-tiba saja terdengar dentuman keras.
Arya dan mahasiswa lainnya pada awalnya mengira bahwa dentuman tersebut merupakan kondisi demo biasa.
Namun, setelah mencari tahu, mereka baru mengetahui bahwa perang saudara terjadi antara militer dan paramiliter.
Pemerintah tidak mengumumkan kondisi darurat dan Kedubes RI serta kedubes lain tidak menyangka hal ini akan terjadi.
Baca Juga:Prediksi Napoli vs AC Milan: Pertandingan Sengit Menanti Pada 19 April 2023Rise of Eros Apk Mod (Fitur Premium) Download Terbaru 2023
Mahasiswa Indonesia harus bertahan hidup sendiri di tengah kondisi genting yang sangat menakutkan.
Kendala utama yang dihadapi oleh mahasiswa Indonesia adalah kekurangan logistik dan kena mental.
Selama 4 hari terakhir, mayoritas WNI di sana tidak mendapatkan air bersih karena mati listrik total.
Mereka hanya dapat membeli air minum dengan stok seadanya.
Selain itu, mereka juga kesulitan dalam hal makanan karena tidak bisa memasak.
Logistik yang dibagikan adalah makanan kering seperti roti, biskuit, dan sebagainya.
Beberapa tempat tinggal yang dihuni oleh mahasiswa Indonesia sempat mengalami mati listrik di tengah kondisi yang mencekam itu.
Beberapa WNI yang rentan sudah dievakuasi BRI Khartoum, seperti pasutri yang memiliki balita.
Arya mendapatkan informasi bahwa ada 15 pasutri yang dievakuasi ke KBRI Khartoum.