Pasundan Ekspres – Amerika Serikat (AS) dihantui oleh kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) utang. Maka dari itu, Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menuntut kongres.
Untuk menaikan atau menangguhkan batas pinjaman US$ 31,4 triliun.
Kemudian, utang Amerika Serikat menembus US$ 31 triliun atau setara dengan Rp 460 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada Oktober tahun lalu.
Data dari Kementerian Keuangan memperlihatkan per 31 Maret utang Amerika Serikat menembus US$ 31,45 triliun.
Baca Juga:Apa Itu Google Collabs dan Bagaimana Cara Menggunakannya? Simak di Sini!Bocoran One Piece Chapter 1082 : Bagaimana Keadaan Sabo Setelah Diserang Im Sama?
Mantan ketua bank sentral AS (The Fed) ini bahkan memberikan imbauan default.
Akan memicu “malapetaka ekonomi” yang akan menjadikan suku bunga lebih tinggi untuk tahun-tahun berikutnya.
Adapun akibatnya terhadap ekonomi Indonesia dipastikan tidak secara khusus.
Bahkan, kenaikan nilai tukar rupiah belum memperlihatkan dampak dari isu ini.
Bank Indonesia (BI) menilai isu debt ceiling atau batas utang AS dan government shutdown adalah isu yang terus berulang.
Amerika Serikat Dikabarkarkan Gagal Bayar Utang RP 480.000 T, Begini Tanggapan BI
Melansir dari cnbcindonesia.com kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto mengatakan pihaknya yakin akan ada kesepakatan antara pemerintah dan parlemen AS.
“Isu tersebut di tahun ini juga muncul lagi dan saat ini sedang dilakukan pembahasan di Kongres AS untuk menaikan pagu hutang (debt ceiling) menjadi US$ 31,4 triliun agar pemerintah AS terhindar dari ancaman default atas US Treasuries yang jatuh tempo dalam waktu dekat,” papar Edi Kamis (27/4/2023).
Meskipun seperti itu, dia tetap melihat ada akibatnya terhadap sentimen global.
Baca Juga:Kursus Bahasa Inggris Online Modal 100 Ribu, Langsung Lancar!Yuk Intip Kepribadian Lewat Warna Lipstik Favorit yang Kamu Pakai
Sebab, keadaan tersebut selalu menjadi salah satu pusat perhatian pelaku pasar.
Apabila tidak terjadi kesamaan maka tentu akibatnya akan mengakibatkan sentimen yang negatif.
Pelaku pasar akan cenderung risk averse atau akan flight to quality ke safe haven assets.
“Tetapi karena biasanya selalu ada kesepakatan, sampai saat ini pelaku pasar melihat isu tsb masih proporsional,” ungkapnya.
Mengutip dari Tim riset CNBC Indonesia rupiah yang disimbolkan USD/IDR saat ini berada jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100 dan MA 200 yang tentunya memberikan tenaga rupiah menguat.