Pojokan 152, Belilah

Pojokan 152, Belilah (kang Marbawi)
Pojokan 152, Belilah (kang Marbawi)
0 Komentar

Kecemasan dan ketakutan akan penampilan yang tidak trendy.

Maka fomo yang dimanfaatkan oleh produsen dan kapitalis, melahirkan konsumerisme dan hedonism.

Public figure alat untuk menyebarkan fomo.

Rumus bagi kaum kapitalis seperti sabda Erich Froom, kapitalisme membutuhkan kerjasama orang-orang dalam jumlah banyak dan mudah dipengaruhi serta dikendalikan dengan menawarkan selera yang diarahkan.

Dawuh Erich Fromm ini ditimpali oleh Yuval Noah Harari.

Harari mendakukan bahwa perintah tertinggi dari kapitalisme kepada orang kebanyakan adalah “belilah”, “milikilah”.

Sementara bagi orang kaya, perintahnya adalah “investasilah”.

Baca Juga:Ridwan Kamil Inspeksi Pengaspalan Jalan Provinsi di Bandung BaratGubernur Ridwan Kamil Resmikan PPDB 2023, Praktik Pungli akan Ditindak Tegas

Dan inilah yang menjadi doktri kaum kapitalis. Sebab dengan jutaan masyarakat membeli produknya, dia akan semakin kaya.

Memengaruhi dan mendorong fomo masyarakat akan melahirkan konsumerisme. Konsumerisme mendorong orang untuk membeli.

Maka ukuran sukses saat ini adalah siapa mengkonsumsi siapa dan apa.

Dan mendapat “wow” atau kagum ketika orang mengkonsumsi atau memakai barang-barang mewah. Melahirkan flexing -pamer!

Pojokan 152, Belilah

Ukuran sukses seperti itu menelorkan ketamakan-greedy.

Coba saja rasakan sendiri, jika sudah ingin sesuatu, sulit dibendung dan sulit berhenti.

Persis yang disampaikan dalam Al-Qur’an, Surah At-Takatsur.

Pantas jika Michael de Montaigne menyatakan bahwa “mata kita lebih besar dari perut kita, rasa ingin tahu kita lebih besar dari pemahaman kita, kita memahami segalanya, tetapi tidak menangkap apa pun kecuali angin”.

Perumpamaan sebagai simbol ketamakan yang tidak pernah usai. Seperti dahaga yang tak pernah terpuaskan.

Maka ada baiknya kita mendengar nasehat Jhon Powel,

Baca Juga:Atalia Ridwan Kamil Ikut Fashion Show HUT DekranasRidwan Kamil Kunker ke Amerika Serikat, Ketua ADPMET, Cari Peluang Investasi Energi Terbarukan untuk Listrik

“Untuk hidup sepenuhnya, kita harus belajar mencintai orang dan memanfaatkan barang, bukan mencintai barang dengan memanfaatkan orang”.

Atau bisa juga mendengar petuah orang tua dari India Mahatma Ghandi,

” Hiduplah sederhana agar orang lain dapat hidup”.

Jika masih dirasa kurang, bisa membuka catatan Socrates, ”Kebahagian adalah kemampuan mengembangkan kapasitas untuk bisa menikmati yang sedikit bukan karena memiliki banyaknya sesuatu”.

Atau mengikuti jalan Tao milik Lau Tze,”Orang yang kaya adalah orang yang merasa cukup dengan apa yang dia miliki”.

Terserah pembaca, “belilah..!”. Atau nikmati dan syukuri yang ada. (Kang Marbawi,117.05.23)

0 Komentar