“Bukan Hindu (Prabu Siliwangi). Kerajaan Sunda bukan kerajaan Hindu. Saya sudah berkali-kali mengunjungi makamnya di Gunung Salak, dan ada padepokannya juga.
Jadi, Prabu Siliwangi bukanlah seorang Hindu,” tegas Inen.
Read more:
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya
Prabu Siliwangi: Raja Toleran dan Pemimpin Berintelektual
Selain dikenal sebagai seorang raja yang sangat toleran, Prabu Siliwangi juga merupakan sosok pemimpin yang berintelektual.
Ia menjadi orang pertama yang menjalin hubungan internasional dan membuat perjanjian dengan Portugis di Malaka.
Baca Juga:Beasiswa S1 Kemenag 2023 Sudah Dibuka! Berikut Syarat dan Cara Daftar LengkapnyaCara Daftar Beasiswa Kuliah Kemenag 2023: Ikuti Langkah ini Agar Lolos
Menariknya, istana kerajaan Sunda tempat Prabu Siliwangi bersemayam dahulu terletak di lokasi yang sekarang ditempati oleh Istana Kepresidenan Bogor.
“Istana kerajaan Sunda berada di lokasi Istana Bogor saat ini. Bangunan itu diruntuhkan oleh Belanda, kemudian dibangunlah Istana Bogor yang sekarang. Dulu, istananya bernama istana Pabaton,” ungkap Ujang Inen.
Ujang Inen juga mengungkapkan bahwa keruntuhan Kerajaan Sunda pada zaman itu bukan disebabkan oleh kekalahan dalam peperangan,
melainkan karena kondisi perekonomian yang memburuk.
“Kerajaan Sunda runtuh bukan karena perang, tetapi karena faktor ekonomi. Jalur perdagangan mereka yang melalui darat dan mencapai Matraman ditutup oleh Mataram. Akibatnya, komoditas mereka harus dijual dengan harga murah. Ekonomi mereka pun terpuruk,” jelasnya.
Dengan temuan baru ini, pengetahuan kita tentang Prabu Siliwangi menjadi semakin luas.
Fakta bahwa ia bukan beragama Hindu menambah nuansa menarik dalam sejarah Kerajaan Sunda dan perjalanan agama di Indonesia.
Prabu Siliwangi tetap dikenang sebagai seorang raja yang toleran dan berjasa dalam membangun hubungan internasional.