“Alasan biologis di balik hal ini belum sepenuhnya dipahami. Namun, jika anak-anak terpapar zat-zat beracun, mereka cenderung lebih mudah rewel. Hal yang sama terlihat pada infeksi virus pernapasan. Mungkin mereka juga akan kesulitan bernapas atau merasa sesak,” ungkap Galiatsatos.
Dr. Maria Wei, seorang profesor dermatologi di University of California, San Francisco, menyatakan bahwa asap kebakaran juga dapat menyebabkan masalah pada kulit.
Hasil penelitian Wei sebelumnya menunjukkan bahwa paparan asap kebakaran dalam jangka pendek dapat menyebabkan gangguan kulit, seperti psoriasis dan eksim, bahkan pada orang yang sebelumnya tidak pernah memiliki diagnosa tersebut.
Temuan tersebut dipublikasikan dalam JAMA Dermatology pada tahun 2021.
Baca Juga:Kualitas Udara jakarta Hari Ini Rabu 14 Juni 2023, Disebut Tidak Sehat, Dilarang Dihirup?Kualitas Udara di Jabodetabek Semakin Buruk, Bekasi Masuk Zona Merah
“Kambuhnya masalah kulit tidak selalu terjadi secara langsung, bisa muncul empat atau lima minggu kemudian. Orang juga melaporkan kulit gatal, jerawat, serta ruam di tangan dan wajah akibat buruknya kualitas udara,” ujar Wei.
Paparan jangka panjang terhadap polusi udara juga dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit.
Partikel-partikel halus dari asap dapat menembus kulit, dan Wei menduga bahwa kemungkinan ada respons kekebalan yang terlalu aktif terhadap polusi yang masuk, sehingga menyebabkan gejala kambuh.
Untuk mencegah iritasi kulit akibat polusi udara, penggunaan pembersih udara dapat memberikan efek yang efektif.
Selain itu, mengenakan pakaian dengan lengan panjang dan celana panjang, serta menggunakan pelembap, juga dapat menjadi pelindung bagi kulit.
Galiatsatos merekomendasikan agar orang-orang tetap berada di dalam ruangan sebanyak mungkin untuk menghindari gejala akibat paparan asap atau polusi udara. Jika terpaksa harus keluar, sebaiknya menggunakan masker yang sesuai, seperti respirator N95.