“Luasan Home range-nya juga tergantung kondisi topografi,” ucap Bernard yang sudah meneliti dan mendata keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana sejak 2020 ini.
Dari foto-foto lainnya, ada satu foto hasil penggabungan dua foto, dari foto pemburu dan foto macan tutul untuk mengestimasi ukuran macan tutul yang terekam kamera trap. Menurut Bernard, dari penggabungan dua foto tersebut diperkirakan ukuran macan tutul tersebut mempunyai tinggi sekitar 50 cm.
Lebih jauh Bernard belum bisa memberi angka pasti jumlah populasi Macan Tutul Jawa di Sanggabuana, baik macan tutul dengan pola totol maupun macan tutul melanistik atau kumbang.
Baca Juga:Polsek Sagalaherang Respon Cepat Kehilangan Surat BerhargaKeunggulan Santri SDIT Cendekia, Penghafal Alquran dan Nilai Akademiknya
“Dari hasil analisa, kami perkiraan populasi di Sanggabuana ada di kisaran 10-15 individu. Ini termasuk dua individu baru yang belajar berburu dengan memangsa domba warga pada 2022. Jumlah pastinya mungkin nanti menunggu perhitungan secara ilmiah, rencananya akan dibantu oleh teman-teman dari Sintas dan Formata,” kata Bernard.
Selain Macan Tutul Jawa, kamera trap yang dipasang juga berhasil merekam satwa lain seperti kancil (Tragulus kanchil), trenggiling (Manis javanica), ayam hutan (Gallus gallus), musang (Viverricula malaccensis), dan burung paok pancawarna (Pitta guajana).
Menurut Bernard, hampir semua satwa yang terekam oleh kamera trap ini merupakan jenis satwa dilindungi sesuai dengan Peraturan Menteri LHK No. 106/2018. Selain satwa liar isi hutan, di beberapa frame terrekam juga dua orang pemburu menenteng senapan melewati kamera trap.
Mokhamad Aripin, warga Sukasari yang juga pimpinan Kompas menyambut baik dengan terekamnya macan tutul jawa dan satwa lain di Sukasari ini. Aripin mengakui, sebagian besar warga tentu kawatir dengan kemunculan macan tutul dekat perkampungan ini. “Tapi untuk kami yang bergiat di lingkungan justru bangga dan haru, dengan temuan ini membuka mata kami ternyata keanekaragaman hayati hutan Sanggabuana di wilayah kami cukup lengkap,” ujar Aripin.
Menurut Aripin, setelah temuan kemunculan Macan Tutul Jawa di wilayah hutan Sukasari ini dia dan teman-teman Kompas serta LMDH dan Pokdarwis segera mengedukasi masyarakat. Terutama mengedukasi para pemburu untuk tidak berburu satwa liar di Sanggabuana.