Kebo ini memiliki makna yang penting dalam keraton dan dianggap keramat oleh masyarakat setempat.
Sementara itu, di Yogyakarta, perayaan Malam Satu Suro selalu dikaitkan dengan membawa keris dan pusaka sebagai bagian dari prosesi kirab.
Pelataran istana, kekayaan alam seperti gunung berbentuk kerucut, dan pusaka menjadi sajian istimewa dalam pawai kirab yang mengikuti tradisi Suro One Night (Malam satu suro).
Baca Juga:Tradisi Malam Satu Suro: Merayakan Awal Tahun Baru Jawa dengan Budaya dan Kepercayaan KhasBupati Subang Rotasi Mutasi Sejumlah Pejabat Eselon II III, dan IV
Makna dan Tujuan Perayaan Malam Satu Suro
Perayaan Malam Satu Suro memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Jawa.
Peringatan Satu Malam ini dijadikan momen untuk merenungkan dan mencari kedamaian serta keamanan batin.
Oleh karena itu, malam pertama suro selalu diselingi dengan ritual doa yang dibacakan oleh semua peserta perayaan.
Doa ini dimaksudkan untuk mendapatkan berkah dan melindungi diri dari kemalangan.
Selain itu, masyarakat Jawa juga berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan melakukan perbuatan baik sepanjang bulan suro ini.
Menutup Tahun dan Memasuki Tahun Baru
Sebagian tradisi dalam perayaan Malam Satu Suro melibatkan menutup mulut, yakni tidak mengucapkan kata-kata selama ritual berlangsung.
Hal ini memiliki makna sebagai upacara introspeksi, di mana masyarakat merenungkan apa yang telah dilakukan sepanjang tahun dan memasuki tahun baru keesokan paginya dengan pikiran yang jernih.
Baca Juga:DKP Jabar Galakan Vegetasi Pantai, Ridwan Kamil: Menahan Abrasi dan Mempertahankan PeradabanTak Masuk Zonasi padahal SMAN Terdekat dan Satu-satunya, 39 Anak Desa Banggala Mulya Subang Terancam Tak Lanjut Sekolah
Dengan demikian, perayaan Malam Satu Suro merupakan perayaan yang kaya akan makna dan tradisi di Jawa.
Melalui perayaan ini, masyarakat Jawa menjaga keberagaman dan merayakan kedamaian serta keamanan batin.
Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan dihormati oleh generasi-generasi selanjutnya.