KAB. GARUT – Acara Kemerdekaan Demokrasi Politik dengan tema “Manifestasi Gerakan Zillenials Menuju Demokrasi yang Bermartabat” yang diinisiasi oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Garut, menjadi ajang penting bagi Wakil Bupati (Wabup) Garut Helmi Budiman untuk berbicara tentang prediksi gemilang masa depan Indonesia.
Dalam acara yang berlangsung di Gedung Pendopo, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut (24/7/2023) tersebut Wabup Garut menyampaikan keyakinannya bahwa Indonesia diprediksi akan menjadi negara yang memimpin dunia pada tahun 2045, tepat pada momen setelah 100 tahun Indonesia merdeka.
“Ketika kita diprediksi memimpin dunia, artinya dalam pikiran saya negara kita negara maju, negara adil, negara sejahtera, negara makmur,” ucap Wabup Garut.
Baca Juga:Bupati Garut Lepas 1.253 Peserta KKN Tematik Uniga Tahun 2023Upaya Pemda Provinsi Jabar Selesaikan Masalah Al-Zaytun Sesuai Kewenangan
Namun, di tengah optimisme ini, Wabup Garut juga menyampaikan beberapa tantangan yang harus diatasi untuk mewujudkan prediksi gemilang tersebut. Salah satu isu yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah stunting.
Menurut Helmi, Presiden RI, Joko Widodo sebelumnya telah menyoroti permasalahan stunting yang bisa menjadi penghambat Indonesia dalam memimpin dunia.
Saat ini, tingkat stunting di Kabupaten Garut mencapai 23 persen, sementara nasional diproyeksikan mencapai 14 persen pada tahun 2024.
“Tapi kita masih banyak yang harus kita kerjakan walaupun hasil daripada langsung penimbangan atau pengukuran kita hanya 15 perseb sebenarnya, jadi sebenarnya kita ada tabungan lah gitu ya ke 14 persen itu hanya tinggal 1 persen, kalau hasil survei biasa lah ada marginatornya,” ujar Helmi.
Ia menyampaikan permasalahan stunting khususnya di Kabupaten Garut harus segera diselesaikan, sehingga nantinya generasi Indonesia ke depan tidak akan ada yang stunting.
Selain stunting, Wabup Garut juga menyuarakan masalah mental disorder sebagai hambatan dalam mencapai visi Indonesia memimpin dunia.
Angka mental disorder di Indonesia saat ini mencapai 9,8 persen, hampir mendekati angka 10 persen. Untuk itu, Helmi menekankan perlunya mencari akar masalah dan menyelesaikan faktor-faktor stres yang dapat menyebabkan mental disorder pada generasi muda.
Baca Juga:e-Monev Terbukti Tingkatkan Pelayanan Publik, Sekda: Nilai Keterbukaan Informasi Jabar NaikUu Ruzhanul Pastikan Aria Naizar Tak Putus Sekolah
“Kalau rumah sakit kita siapkan, klinik jiwa kita siapkan juga karena menurut penelitian ini akan makin besar, tapi ini jelas menjadi salah satu penghambat kita menjadi bangsa yang memimpin dunia ketika mental disorder kita banyak, makanya kita tekan. Walaupun tidak bisa nol,” ucapnya.