Pojokan 196, Bulan Terlewat

Pojokan 196, Bulan Terlewat
Pojokan 196, Bulan Terlewat
0 Komentar

Tapi paling tidak, diri diberi kesempatan untuk pulang pada punca. Pada orang tua. Pada keluarga. Kebersamaan. 

Bulan suci-Mu memberikan kesempatan untuk memaknai arti pulang pada muasal. Pulang pada pangkuan ibu.

Pulang pada romansa kehidupan keluarga awal. Walau dengan atribut yang tak akan pernah sama pada setiap diri yang pulang. 

Dan atribut itu seharusnya tertanggalkan pada pemaknaan muasal.

Melahirkan kebersyukuran atas karunia-Mu. Untuk mengasah kerukunan dengan kerabat. 

Baca Juga:PLN Purwakarta Bersama Jasa Marga Melakukan Pencekan SPKLU di 7 Rest Area Cipularang dan CipaliPLN UP3 Purwakarta Menggelar Apel Siaga Kelistrikan Guna Memastikan Kehandalan Listrik Selama Idul Fitri 1445H

Berbagi dengan handaitaulan untuk melepas rindu keindahan senyum ibunda dan ayahanda. Walau dalam imajinasi. Karena ayah bunda tlah bersemayam di baka.

Gusti, bulan suci-Mu adalah pemaknaan pulang. Kesempatan untuk pulang dan sekaligus mi’raz.

Memulai kembali dari muasal titik nol. Untuk berkelana pada apa yang menjadi darma.

Darma yang harus dijaga tetap suci. Suci dari syahwat dan godaan. Agar kembali menikmati arti kepulangan pada tahun yang akan datang.

Itupun jika Kau memberi waktu. Aku rindu bulan suci-Mu, karena aku ingin menemukan muasal-Ku dari-Mu. Untuk mencari berkah dan ridha-Mu.  Sebagai mi’razku. (Kang Marbawi, 090424)

0 Komentar