PASUNDAN EKSPRES – Hari raya ‘Idul Adha, selain ‘Idul Fitri, adalah momen yang sangat penting bagi umat Islam. Umat yang melaksanakan ibadah haji di Masjidil Haram merayakan puncak perjalanan spiritual mereka.
Renungan Idul Adha Meneladani Nabi Ibrahim Inspirasi Teladan
Di seluruh dunia, kaum muslimin juga merayakan dengan berbagi kebahagiaan melalui penyembelihan hewan kurban.
Tradisi ini bukan sekadar ritual, tetapi sarat dengan makna kebersamaan dan gotong royong, mulai dari proses penyembelihan hingga pembagian daging kurban kepada yang membutuhkan.
Baca Juga:Rekomendasi Game Mirip Harvest Moon untuk SmartphoneRekomendasi 5 Game Balap Mobil Ringan dan Seru untuk HP Kamu!
Sejarah penyembelihan kurban berawal dari kisah luar biasa Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail.
Kisah ini memberikan banyak pelajaran berharga dan keteladanan yang patut diikuti oleh setiap muslim. Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam (yang dapat dijadikan teladan), qaanitan (patuh kepada Allah), dan hanif, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang menyekutukan Allah).” (QS. An-Nahl: 120)
Nabi Ibrahim: Sebuah Teladan
Nabi Ibrahim dikenal sebagai Abul Anbiya, atau bapaknya para nabi. Semua nabi setelah beliau adalah keturunannya, menjadikan beliau seorang tokoh sentral dalam sejarah keagamaan.
Allah Ta’ala menyebut beliau sebagai Imam, seorang pemimpin yang dijadikan teladan bagi umat manusia.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 74, Allah berfirman,
“Dan jadikanlah kami sebagai Imam (pemimpin) bagi orang yang bertakwa.”
Para ahli tafsir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “imam” dalam ayat ini adalah seseorang yang menjadi teladan bagi generasi yang akan datang. Nabi Ibrahim adalah contoh sempurna dalam hal ini.
Baca Juga:Cara Bikin Undangan Digital Lewat Web dan HP, Praktis, Cepat dan HematRahasia Membuat Cuko Pempek yang Enak dan Gampang
Kepatuhan kepada Allah
Salah satu aspek paling menonjol dari kehidupan Nabi Ibrahim adalah kepatuhannya kepada Allah.
Beliau selalu mendahulukan perintah Allah di atas segalanya.
Kisah beliau yang meninggalkan istrinya, Hajar, dan putranya, Ismail, di sebuah tanah gersang tanpa bekal adalah bukti nyata dari kepatuhan ini.
Cinta beliau kepada Allah melebihi cinta kepada keluarga, sesuatu yang tidak mudah dilakukan oleh manusia biasa.