Penulis: Juansyah Nursedam(Siswa Sanggar Seni MA. Al-Falah 2 Nagreg)
Apa korelasi antara santri dan literasi? Apakah santri harus menggiat kegiatan literasi? Kalau iya, mengapa?
Seorang santri diera digital saat ini, rasanya tidak cukup hanya pintar membaca kitab kuning saja, berkembangnya zaman tidak seharusnya dihindari, justru dipelajari dan dipahami sebagai alat pembantu bagi manusia. lalu, bagamana caranya agar santri bisa mempelajari dan memahami sesuatu yang baru di era saat ini?.
Salah satu jawabannya adalah dengan literasi, literasi adalah kegiatan sepatutnya seorang pelajar, literasi tidak hanya tentang membaca, tapi juga menelaah, analisis,merenungi juga meng-aplikasikannya sesuai dengan konteks situasi dan kondisi, pertanyaannya, bagaimana keadaan santri sekarang?.
Baca Juga:Menteri AHY di Kantah Kota Pontianak: Sertipikat Tingkatkan Nilai Ekonomi TanahMelalui Program Reforma Agraria, Masyarakat Terdampak Konflik Sambas Kini Bisa Punya Sertipikat Tanah
Apakah sudah cukup untuk bisa disebut pelajar sejati? miris, jawabannya belum, karena beberapa pesantren mengkotak-kotakan ilmu, mereka hanya mempelajari ilmu yang sudah turun-temurun, sebuah keadaan miris, dimana santri dimata umum hanyalah orang yang tahu “agama” saja, padahal di era khalifah alma’mun dulu, Islam mencapai masa ke-emasan, seperti dibangunnya Baytul Hikmah, karena semua ilmu mereka pelajari, sebuah teladan yang harusnya dilakukan demi “ilmu”, bukan demi kepentingan “politik”.
Itulah kiranya yang dilakukan bapak Yuyun Wahyudin, S.S, M.Pdi sebagai kepala Madrasah Al-Falah 2 Nagreg, seorang guru, penggiat literasi dan sastrawan, yang mengajarkan bahwa kunci untuk meraih kehidupan sukses adalah dengan literasi.
Beliau rutin mengadakan lomba esai, puisi, artikel, yang berkaitan dengan literasi madrasah pada hari senin.
Singkat kata, bahwa memang seharusnya santri mampu untuk mengembangkan potensi secara maksimal.
Lalu bagimana peran sekolah dalam kegiatan literasi? Bagaimana dengan perpustakaan? Apakah bukunya menunjang untuk pengembangan santri? Paling tidak, tidak hanya buku pelajaran saja? Sekolah yang tidak memaksa anak didik untuk melakukan literasi hanyalah sebuah kebodohan terencana, dimana fasilitas literasi dibatasi hanya buku pelajaran saja, sedangkan guru menerangkan hanya berdasarkan teks dari buku bukan?.
Itulah yang kadang terjadi di dunia pesantren maupun sekolah.