Santri, Literasi, dan Pendidikan

santri
Santri, Literasi, dan Pendidikan
0 Komentar

Perpustakaan seharusnya tidak hanya menyediakan buku pelajaran saja, karena terkadang buku-buku itu sudah usang ditelan berbagai penelitian dan perkembangan terbaru, seharusnya buku-buku social-kebudayaan seperti filsafat,politik,ekonomi, dan kebudayaan, yang sepatutnya diperbanyak, demi tercapainya visi-misi pesantren dan sekolah agar mencetak para generasi muda yang berpengetahuan luas bukan?.

“banyak tanya tanpa membaca” kutipan dari lirik lagu negara lucu, merupakan sindiran bagi manusia di kebudayaan yang miskin literasi, sebuah kebudayaan hancur dimana masyarakat tidak bisa berkembang.  Dimana anggota sosial tersebut hanya sebuah  yang bisa dihancurkan oleh kebodohan mereka sendiri. 

Dalam tatanan sosial di Indonesia, pesantren sebagai Lembaga pendidikan tertua, dipandang sangat menentukan arah akan bangsa ini. Karena kontribusinya untuk mencetak para generasi penerus. 

Baca Juga:Menteri AHY di Kantah Kota Pontianak: Sertipikat Tingkatkan Nilai Ekonomi TanahMelalui Program Reforma Agraria, Masyarakat Terdampak Konflik Sambas Kini Bisa Punya Sertipikat Tanah

Sebutlah K.H Adurrahman Wahid atau biasa dipanggil Gus Dur, ia mengatakan bahwa untuk mencapai kesejahteraan hidup, harus dimulai dari pendidikan yang memadai dan merata diseluruh tatanan sosial kita, untuk itu santri sebagai simbol “pelajar” haruslah mencerminkan bagaimana pelajar yang sejati, bahwa ilmu tidak sebatas hanya dalam dunia kepesantrenan saja, santri harus mampu dan mau mempelajari tatanan budaya dan sosial di sebuah kebudayaan, bahwa santri harus mampu melakukan kegiatan literasi sebagai kebiasaan, demi membentuk santri-santri yang unggul dalam bidang bukan hanya agama, tapi merambah ke berbagai bidang.***

MA. AL-Falah Nagreg, Juni 2024.

0 Komentar