Jet pribadi ini dikenal sebagai salah satu pesawat paling mewah di dunia, sering digunakan oleh tokoh-tokoh seperti Elon Musk dan Jeff Bezos. Penggunaan jet ini oleh Kaesang dan Erina memicu kritik tajam dari masyarakat, yang merasa bahwa gaya hidup mewah ini tidak sejalan dengan situasi ekonomi dan sosial yang dihadapi banyak rakyat Indonesia saat ini.
Busana Mewah Erina Gudono di Amerika Serikat
Selain perjalanan dengan jet pribadi, gaya busana Erina Gudono selama di Amerika juga tak luput dari perhatian. Dalam beberapa unggahannya, Erina terlihat mengenakan aksesoris branded, termasuk sebuah bros Chanel yang harganya diperkirakan mencapai Rp 11,5 juta. Harga bros ini setara dengan lima kali lipat upah minimum kota (UMK) Solo, kota asal mertuanya, Jokowi. Tindakan ini dianggap tidak sensitif terhadap kondisi masyarakat yang masih banyak berjuang memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Reaksi Publik dan Kritik Tajam
Gaya hidup mewah Kaesang dan Erina mendapat kritik pedas dari netizen. Banyak yang mempertanyakan apakah pantas bagi anak dan menantu presiden untuk mempertontonkan kemewahan di saat banyak rakyat Indonesia masih hidup dalam kesulitan. Beberapa pihak juga mengkritik ketidaksensitifan mereka terhadap situasi sosial dan ekonomi di Indonesia.
Sikap Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
Baca Juga:Kemenkeu Buka 63 Jabatan Dengan 1.230 untuk Formasi Rekruitmen CPNS 2024!Lolos CPNS Kemenhub 2024? Ini 5 Kriteria yang Wajib Kamu Tahu!
Menanggapi kritik yang datang bertubi-tubi, Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Raja Juli Antoni, menyatakan bahwa ini adalah bagian dari dinamika demokrasi. Menurutnya, setiap warga negara berhak menyampaikan pendapat, termasuk kritik terhadap keluarga presiden. “Ini adalah bagian dari dinamika demokrasi. Setiap warga negara bebas memberikan saran dan kritik. Kadang kritik itu tajam, bahkan terlalu tajam, namun itulah demokrasi,” ujarnya.
Secara keseluruhan, perubahan citra keluarga Jokowi dari kesederhanaan menjadi gaya hidup mewah telah memicu berbagai reaksi di masyarakat. Meskipun mereka berhak menikmati hasil jerih payah mereka, ada ekspektasi dari publik bahwa mereka tetap menjaga kesederhanaan yang selama ini menjadi ciri khas mereka, terutama di tengah kondisi ekonomi yang menantang bagi banyak orang di Indonesia.