“Sejak awal masuk, kondisi pasien sudah koma. Selama enam hari perawatan, tidak ada perubahan signifikan hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia,” ujarnya (25/11) kemarin.
Menurut dr. Syamsu, berdasarkan pemeriksaan medis sementara, terdapat indikasi pendarahan di otak yang diduga disebabkan oleh benturan.
Namun, untuk memastikan penyebab pastinya, pihak rumah sakit menunda proses penyelidikan lebih lanjut kepada kepolisian melalui otopsi.
Baca Juga:Trik dan Cara Dapat Saldo DANA Gratis Sebelum Tengah Malam Ini!10 Kode Voucher DANA Gratis Malam Ini, Belanja Hemat dan Seru!
“Dari sisi medis, kami mempublikasikan adanya benturan yang menyebabkan pendarahan di otak. Namun, kami tidak bisa menyimpulkan apa pun sebelum ada hasil otopsi. Ini menjadi ranah kepolisian untuk penyelidikan lebih lanjut,” jelas dr. Syamsu.
Kondisi ini memperkuat dugaan bahwa korban mengalami kekerasan fisik yang serius, meskipun pihak medis masih menunggu hasil penyelidikan untuk memastikan penyebab luka tersebut.
Penyelidikan Kepolisian
Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Subang kini menangani kasus ini. Kapolres Subang AKBP Ariek Indra Sentanu melalui Kanit PPA Satreskrim Polres Subang, Aiptu Nenden Nurfatimah, menegaskan bahwa penyelidikan terus dilakukan.
“Kami masih menunggu hasil pemeriksaan tim medis RSUD Subang untuk memastikan luka yang dialami korban apakah benar akibat kekerasan,” jelasnya.
Sejumlah pihak telah dimintai keterangan, termasuk para siswa yang diduga terlibat, pihak sekolah, dan keluarga korban. “Pihak keluarga korban sudah melaporkan kasus ini ke Unit PPA Satreskrim Polres Subang, dan akan terus kami tindak lanjuti,” ujar Nenden.
Dengan kasus AR yang menggal dunia dengan dugaan kekerasan, harapan besar disematkan pada pihak berwenang untuk memberikan keadilan, sekaligus memastikan lingkungan sekolah menjadi tempat yang aman bagi seluruh siswa.