PASUNDAN EKSPRES – Pada tanggal 10 Desember setiap tahunnya, dunia memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM). Tahun ini, perayaan Hari HAM Sedunia memasuki usia ke-76 sejak pertama kali diperingati pada tahun 1948. Perayaan ini tidak hanya sekadar pengingat tentang pentingnya HAM, tetapi juga seruan untuk terus memperbaiki kondisi dan pelaksanaan HAM di berbagai belahan dunia. Dengan tema tahun ini, “Our Rights, Our Future, Right Now” (Hak Kita, Masa Depan Kita, Saat Ini), peringatan ini kembali menggaungkan relevansi HAM dalam kehidupan sehari-hari.
Latar Belakang dan Sejarah Hari HAM Sedunia
Sejarah Hari HAM Sedunia dimulai pada 10 Desember 1948, ketika Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM). Dokumen ini merupakan langkah monumental dalam perjalanan pengakuan hak-hak dasar manusia secara global.
DUHAM menjadi tonggak utama dalam pembentukan hukum internasional terkait HAM, dengan 30 pasal yang mencakup hak-hak fundamental. Hak atas kebebasan, pendidikan, kesetaraan, kesehatan, serta perlindungan dari penyiksaan adalah beberapa hak yang dijamin di dalamnya. Eleanor Roosevelt, yang memimpin Komite Penyusun dokumen ini, menegaskan bahwa deklarasi tersebut adalah milik seluruh umat manusia. “Deklarasi ini adalah milik semua orang di dunia,” ujarnya.
Baca Juga:4.000 Lapangan Kerja Baru di Subang! Pabrik Mainan Cititoy Mulai DibangunDari Survei hingga Freelance! 7 Website Penghasil Uang 250 Ribu Terbaik 2024
Hingga kini, DUHAM tetap menjadi pedoman utama bagi negara-negara dalam menjunjung dan melindungi HAM tanpa diskriminasi.
Tema Hari HAM Sedunia 2024: Menghadapi Tantangan Masa Kini
PBB setiap tahun mengusung tema untuk memberikan fokus pada isu-isu HAM yang mendesak. Pada tahun 2024, tema “Our Rights, Our Future, Right Now” dipilih sebagai pengingat bahwa hak asasi manusia tidak hanya relevan untuk masa depan tetapi juga untuk tindakan konkret di masa kini.
Tema ini mengajak semua pihak untuk lebih memahami pentingnya HAM dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, tema ini juga bertujuan melawan disinformasi, mengoreksi misinformasi, serta menentang ujaran kebencian yang semakin marak di era digital.
Dalam konteks ini, PBB berharap tema tersebut dapat menjadi katalisator perubahan sosial yang lebih inklusif dan berkeadilan.