PASUNDAN EKSPRES – Tahun 2025 diprediksi menjadi periode berat bagi aset kripto, terutama Bitcoin (BTC). Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo sekaligus pakar kripto, memperingatkan bahwa harga Bitcoin berpotensi anjlok hingga level US$44.181 di akhir tahun. Kondisi ini dipengaruhi oleh sejumlah dinamika global, termasuk perdebatan sengit antara Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, dan mantan Presiden Donald Trump terkait status Bitcoin.
The Fed dan Bitcoin: Penolakan yang Mengguncang Pasar
Ibrahim menjelaskan bahwa ketegangan terjadi karena Trump mendorong Bitcoin untuk dijadikan cadangan aset strategis, tetapi The Fed menolak keras gagasan tersebut. “The Fed menolak keinginan Donald Trump untuk menjadikan Bitcoin sebagai cadangan aset. Selain itu, terdapat lebih dari 60 ribu pengaduan penipuan yang melibatkan kripto, membuat The Fed semakin khawatir terhadap pemanfaatan kripto,” ujarnya dikutip dari BeinCrypto (10/01).
Penolakan ini bukan tanpa dasar. Ketua The Fed, Jerome Powell, merujuk pada Undang-Undang Federal Reserve yang mengatur aset yang boleh dimiliki bank sentral, dan Bitcoin tidak termasuk di dalamnya. Pernyataan ini sekaligus menegaskan sikap The Fed yang fokus menjaga dominasi dolar AS di pasar global.
Baca Juga:Tips Aman Pinjam Saldo DANA Darurat Tanpa Bikin Nunggu Lama!Bocoran Baru! Apa yang Akan Terjadi di Episode 2 Solo Leveling S2?
Tiga Level Kritis Harga Bitcoin
Menurut Ibrahim, ada tiga level harga Bitcoin yang harus diwaspadai oleh para investor. Jika Bitcoin turun di bawah US$91.080, level berikutnya adalah US$72.900. Namun, jika kedua level tersebut gagal bertahan, maka harga Bitcoin dapat menyentuh US$44.181 pada akhir tahun ini.
Pelemahan harga ini juga dipengaruhi oleh tekanan ekonomi global, termasuk perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina, serta kenaikan nilai tukar dolar AS.
Pengaruh Politik: Kripto sebagai Agenda Trump
Ibrahim menilai dorongan Trump untuk memanfaatkan kripto sebagai aset cadangan lebih bernuansa politis daripada ekonomis. Keluarga Trump diketahui memiliki afiliasi dengan proyek decentralized finance (DeFi) bernama World Liberty Financial. Dalam proyek tersebut, Trump menjabat sebagai Pendukung Kripto Utama, sementara kedua putranya, Eric Trump dan Donald Trump Jr, memegang peran strategis sebagai Duta Web3 dan Visioner DeFi.
Peluang ini menjadi sorotan, terutama di tengah meningkatnya tekanan dari blok BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan negara-negara lain termasuk Indonesia). BRICS berupaya menciptakan mata uang alternatif untuk menyaingi dolar AS sebagai alat pembayaran internasional, langkah yang dianggap mengancam dominasi dolar.