JABAR – Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi, dalam sebuah pertemuan resmi pada minggu, 15/02, kembali menegaskan pentingnya perubahan mindset dalam program Keluarga Berencana (KB). Menurutnya, tanggung jawab KB seharusnya tidak hanya dibebankan kepada perempuan, tetapi juga harus melibatkan peran aktif dari laki-laki. Hal ini disampaikan dalam forum diskusi yang dihadiri oleh berbagai pihak terkait, termasuk perwakilan dari Dinas Kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Dalam pidatonya, Gubernur Dedi menekankan bahwa program KB bukan sekadar kebijakan kesehatan, tetapi juga bagian dari tanggung jawab sosial yang lebih luas. Ia menyoroti bahwa selama ini, mayoritas beban penggunaan kontrasepsi masih diletakkan di pundak perempuan, sementara peran laki-laki sering kali terabaikan.
“Yang mendapat stimulus dari pemerintah harus ikut Keluarga Berencana, laki-lakinya yang KB, bukan perempuannya. Kenapa laki-lakinya? Kunaon sia teu bisa mengingink imah ke pemajikan? Sia aingin anak bisa tapi k tuju Pak,” ujarnya dalam pertemuan tersebut.
Baca Juga:Cara Aktivasi & Pakai DANA Cicil 2025, Belanja Jadi Makin Gampang!DANA PayLater Bisa Dicairkan? Ini Trik Terbaru 2025 yang Harus Kamu Tahu!
Peran Laki-laki dalam Program KB
Lebih lanjut, Gubernur menjelaskan bahwa kesadaran laki-laki dalam ber-KB sangat penting untuk menekan angka kelahiran yang tinggi serta meningkatkan kesejahteraan keluarga. Ia menekankan bahwa metode KB yang melibatkan laki-laki, seperti vasektomi atau penggunaan kondom, harus lebih disosialisasikan agar masyarakat lebih memahami manfaatnya.
Saat ini, data menunjukkan bahwa partisipasi laki-laki dalam program KB masih rendah dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan laporan dari BKKBN, sebagian besar pengguna alat kontrasepsi di Indonesia adalah perempuan, dengan metode seperti pil KB, suntik, atau IUD. Padahal, menurut para ahli kesehatan, partisipasi laki-laki dalam KB dapat memberikan dampak signifikan dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Tidak Hanya Tanggung Jawab Perempuan
Dedi juga menekankan bahwa ekonomi rendah tidak boleh menjadi alasan bagi masyarakat untuk mengandalkan berbagai fasilitas pemerintah tanpa adanya usaha mandiri. Ia mengingatkan bahwa laki-laki harus lebih bertanggung jawab dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.
“Tidak boleh juga orang yang ekonominya rendah dimanjakan dengan berbagai fasilitas, dianya tidak berpikir malas. Laki-laki kudu dipek, bukan perempuan lagi. Kalau perempuan, alasan loba, apa kondomnya bocor,” tambahnya.