SUBANG-Bumdes Jawara Desa Wantilan berkolaborasi dengan Yayasan Globalisasi Saemaul Indonesia menggelar kegiatan sosialisasi kampanye lingkungan terkait pengelolaan sampah berbasis rumah tangga melalui sistem bank sampah. Acara ini berlangsung meriah di Aula Desa Wantilan pada Selasa (15/7/2025) dan dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat.
Koordinator Yayasan Globalisasi Saemaul Indonesia Kantor Perwakilan Desa Wantilan, Rahmat Hidayat, menjelaskan bahwa kampanye ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengelola sampah mulai dari sumbernya, yakni rumah tangga. Selain itu, masyarakat juga ditanamkan pola pikir bahwa pengelolaan sampah adalah tanggung jawab setiap individu.
“Kita ingin membangun budaya hidup sehat dengan membiasakan warga memilah sampah, menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), serta menciptakan nilai ekonomi dari sampah,” ujar Rahmat. Menurutnya, kegiatan ini juga bagian dari upaya menekan pembuangan sampah sembarangan ke selokan, jalan raya, sungai, maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jalupang.
Baca Juga:9 Sekolah Rakyat di Jateng Mulai Beroperasi, Akses Pendidikan untuk Anak dari Keluarga MiskinMUI Subang Dapat Temuan Gerakan Terindikasi Sesat, Tebaru di Pangsor dan Ciater
Dalam pemaparannya, Rahmat menjelaskan bahwa sampah rumah tangga sebagian besar terdiri dari sampah dapur dan kebun (60%), bungkusan plastik dan kardus (30%), serta limbah berbahaya rumah tangga (10%). Sementara itu, sampah yang tidak dipilah disebut sebagai sampah tercampur yang tidak memiliki nilai jual.
“Jika kita bisa memilah sampah, maka kita bisa mengubah sampah menjadi komoditas bernilai ekonomis. Sebaliknya, sampah tercampur justru menjadi beban lingkungan,” tegasnya.
Hal ini juga didukung data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2024 yang mencatat Jawa Barat sebagai penyumbang sampah terbesar keempat nasional, yakni 2,1 juta ton.
Data dari Badan Pusat Statistik mengungkapkan bahwa 77,36% sampah di Jawa Barat tidak dipilah, hanya 22,64% yang dipilah. Sedangkan hasil survei Universitas Islam Bandung di Desa Wantilan menunjukkan timbulan sampah mencapai 7.826 kg per hari dari sektor pemukiman dan non-pemukiman.
Untuk itu, Rahmat mendorong perubahan paradigma dari pengelolaan sampah konvensional menuju sistem pengelolaan berwawasan lingkungan. Salah satu solusi konkret adalah keikutsertaan masyarakat dalam program Bank Sampah yang juga memberikan keuntungan secara ekonomi.
Bank Sampah Desa Wantilan juga menggandeng Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam hal pembukaan rekening khusus bagi para anggota bank sampah. Hal ini dilakukan guna mempermudah transaksi hasil tabungan dari penjualan sampah yang sudah dipilah.