Simpan Uang di Bambu Depan Rumah, Tradisi Perelek Desa Bojongloa Bisa Tembus Rp120 Juta

Kepala Desa Bojongloa Subang
Kepala Desa Bojongloa saat mengambil uang Perelek di depan rumah warga pada sabtu (26/7/2025) malam. Hadi Martadinata/Pasundan Ekspres
0 Komentar

SUBANG– Melalui program Perelek di Desa Bojongloa Kecamatan Kasomalang, berhasil mengumpulkan kas sebesar Rp120 juta.

Program ini menjadi Kebiasaan warga menyisihkan uang secara sukarela setiap malam.

Uniknya, uang Perelek tersebut tidak disimpan dalam celengan biasa, melainkan menggunakan bambu (awi) yang dipaku di depan rumah-rumah warga.

Baca Juga:Hadiri Gelar Produk Pasar Pasisian Leuweung 2025, Om Zein: Tingkatkan Perekonomian dan KesejahteraanLatihan Gabungan Warna Alam dan Sispala Subang, Tanamkan Jiwa Tangguh dan Peduli Alam

Setiap malam, petugas ronda atau pasukan ronda akan berkeliling ke tiap rumah untuk mengambil uang yang sudah dimasukkan ke dalam bambu oleh pemilik rumah.

Kepala Desa Bojongloa, Wahlin Wagianto menjelaskan, setiap RT di desa ini memiliki kas yang berbeda-beda, tergantung dari jumlah partisipasi warganya.

“Ada yang kas RT-nya mencapai Rp11 juta, Rp12 juta, bahkan ada yang Rp13 juta,” kata Wahlin saat meninjau langsung pengambilan uang Perelek di sebuah pos ronda, Sabtu (26/7/2025) malam.

Wahlin menyampaikan, seluruh uang yang dikumpulkan dari Perelek bersumber dari sumbangan sukarela warga tanpa paksaan sedikit pun.

Nominalnya pun bervariasi, mulai dari seribu rupiah, dua ribu, hingga tiga ribu rupiah per malam.

“Alhamdulillah warga di sini sudah sangat memahami nilai gotong royong. Mereka ikhlas menyisihkan rezeki untuk kebutuhan bersama,” ucapnya.

Program Perelek ini tak hanya mempererat solidaritas warga, tapi juga menjadi sumber kas desa yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan darurat, perbaikan fasilitas umum, atau kegiatan sosial lainnya.

Baca Juga:Bapenda On The Spot Hadir di Car Free Day, Dekatkan  Layanan Soal Pajak DaerahDekatkan Layanan Kesehatan Pemdes Kalentambo Bangun Posyandu di Dusun Kalencabang

Sistem pengumpulan uang melalui bambu yang dipasang di depan rumah, warga tidak merasa terbebani. Bahkan banyak yang merasa bangga karena bisa berkontribusi bagi lingkungan sekitarnya.

Program ini bukti bahwa nilai-nilai tradisional seperti gotong royong dan solidaritas sosial masih sangat kuat di masyarakat pedesaan.

Inovasi sederhana namun berdampak besar bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain yang ingin membangun kemandirian melalui kebiasaan positif warga.(hdi)

0 Komentar