Bendungan Utama Ir H Djuanda Waduk Jatiluhur Kabupaten Purwakarta, Terhindar dari Gempa Bekasi Karawang

Bendungan Utama Ir H Djuanda (Waduk Jatiluhur), Kabupaten Purwakarta
Bendungan Utama Ir H Djuanda (Waduk Jatiluhur), Kabupaten Purwakarta. ADAM/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

PURWAKARTA-Gempa bumi berkekuatan M 4,9 yang mengguncang wilayah Tenggara Bekasi pada Rabu malam (20/8/2025) turut dirasakan hingga ke Bendungan Utama Ir H Djuanda (Waduk Jatiluhur), Kabupaten Purwakarta. ‎Jarak pusat gempa yang hanya 15,37 km dari objek vital nasional ini membuat Perum Jasa Tirta (PJT) II langsung mengambil langkah cepat dan melakukan inspeksi luar biasa terhadap kondisi bendungan.‎‎General Manajer Wilayah 4 sekaligus Kepala Subunit Pengelola Bendungan Ir H Djuanda, Anom Soal Herudjito, menyampaikan bahwa gempa direspons secara prosedural sesuai standar pengelolaan bendungan vital nasional.‎‎”Langkah pertama yang kami ambil adalah melakukan update data dari instrumen pemantauan keamanan bendungan seperti pergerakan tubuh bendungan, rembesan, dan parameter lainnya,” kata Anom kepada wartawan di Waduk Jatiluhur, Kamis (21/8/2025).

Setelah itu, sambungnya, dilakukan inspeksi visual terhadap kondisi fisik bendungan, apakah ada retakan, longsoran, atau kerusakan lainnya.‎‎Anom mengatakan, dua alat pemantauan otomatis yang dimiliki PJT II menjadi garda terdepan dalam pengawasan kondisi Waduk Jatiluhur:‎‎Perama, kata dia, ada Strong Motion Accelerometer, alat untuk mendeteksi percepatan gempa yang dirasakan di tubuh bendungan.‎‎Kedua, lanjut Anom, Geodetik Monitoring System, perangkat robotik yang memantau pergerakan eksternal tubuh bendungan secara real-time.‎‎”Alhamdulillah, dari dua alat ini tidak ditemukan anomali atau gangguan. Kondisi waduk masih dalam batas aman. Akan tetapi, monitoring tetap kami lanjutkan karena sejak gempa utama, sudah terjadi enam hingga tujuh gempa susulan,” ujar Anom.‎Disebutkan Anom, ‎PJT II tak hanya fokus pada Bendungan Ir H Djuanda, tapi juga inspeksi dilakukan terhadap dua bendungan lainnya yang berada dalam pengelolaan Unit Wilayah 4, yaitu Bendungan Kamojing di Karawang dan Cipancuh di Subang.

Meski secara kompleksitas tidak sebesar Jatiluhur, namun kondisi bendungan-bendungan tersebut tetap menjadi perhatian.‎‎”Kami juga memantau tanggul-tanggul penutup atau daik seperti di Pasir Gombong, Urug, dan Ciganea. Semua dalam kondisi terkendali,” ucapnya.‎‎Meski hingga kini tidak ditemukan kerusakan berarti, proses inspeksi dan pemantauan tetap berlangsung menyusul potensi gempa susulan. ‎”Ini ‎mengingat Waduk Jatiluhur merupakan objek vital nasional yang berfungsi strategis dalam penyediaan air, pembangkit listrik, dan pengendalian banjir, langkah mitigasi cepat menjadi prioritas,” kata Anom.(add)‎

0 Komentar