BEM UI Demo! Kritik Keras Unggah Foto Puan Berbadan Tikus!

BEM UI Demo! Kritik Keras Unggah Foto Puan Berbadan Tikus! (twitter)
BEM UI Demo! Kritik Keras Unggah Foto Puan Berbadan Tikus! (twitter)
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES: Demo BEM UI Unggah Foto Puan Berbadan Tikus!

Demo BEM UI Maret 2023 –  Kali ini BEM UI atau Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia melakukan aksi protes yang tidak biasa,  

melalui media sosialnya BEM UI mengunggah kritikan kepada DPR RI sekaligus memuat meme Ketua DPR Puan Maharani berbadan tikus.

PDIP pun merespons keras unggahan itu. Melki yang merupakan ketua dari BEM UI menegaskan bahwa dengan membuat meme Puan berbadan tikus

Baca Juga:Jadwal Imsyak Subang Hari Jumat 24 Maret 2023, Lengkap dengan Bacaan Niat PuasaLink Nonton Gratis Unlock My Boss Sub Indo, Kisah CEO Jenius

yang di unggah di sosial media BEM nya itu merupakan kritikan yang tepat.

BEM UI Demo! Unggah Foto Puan Berbadan Tikus! DPR Korup PERPPU-nya Dimana?

Suara Demo BEM UI

Melansir dari detiknews saat menghubungi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) yaitu Melki Sedek Huang, mengatakan

“Bagi saya itu bukan sebuah umpatan, tapi itu adalah kritik yang tepat,” kata Ketua BEM UI Melki , Kamis (23/3/2023). Respon Melki ini menanggapi atas respon

dari seorang politikus senior PDIP, Hendrawan Supratikno, yang mengatakan kalau mahasiswa seharusnya tak mengumbar umpatan terkait meme Ketua DPR

Puan Maharani berbadan tikus. Tetapi. BEM UI menegaskan kalau meme itu bukan sebuah umpatan, melainkan kritik yang tepat.

Dengan membuat meme Puan berbadan tikus merupakan bentuk ekspresi puncak kemarahan mahasiswa UI terkait disahkannya

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Cipta Kerja, yang dinilai sama saja substansinya dengan UU Cipta Kerja, tegas Melki.

Baca Juga:Tren Baju Lebaran Terbaru Tahun 2023 dengan Motif Simple dan EleganHati-Hati! Ini Ciri-Ciri HP Kamu Disadap Pinjol Legal!

“Jadi visualisasi dan berbagai hal yang kami publikasikan itu menggambarkan seluruh kemarahan kita. Bahwa orang-orang yang di dalam (DPR) itu

bukan lagi mewakili kita, tapi mewakili berbagai kepentingan-kepentingan yang jelas bukan kepentingan rakyat. Sehingga tidak pantas lagi mereka

menggunakan kata-kata Dewan Perwakilan Rakyat,” ujar Melki.

“Ini kritik yang tepat, ranah yang demokratis, dan harusnya seluruh partai politik paham betul bahwa dalam negara demokrasi yang paling tinggi

adalah kedaulatan rakyat, bukan cuma kedaulatan oligarki,” kata Melki.

“Kita tidak melihat suara-suara penting terkait penolakan Cipta Kerja dikumandangkan. Malah mengesahkan produk hukum yang inkonstitusional.

0 Komentar