Bulan Safar 2021, Rabu Wekasan, Arba Mustamir, Tidak Boleh Menikah?

Bulan Safar 2021, Benarkah Sial Tidak Boleh Menikah?
Bulan Safar 2021, Benarkah Sial Tidak Boleh Menikah?
0 Komentar

Bulan Safar 2021

Bulan Safar 2021, Benarkah Sial Tidak Boleh Menikah?. Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriah setelah bulan Muharram.

Bulan Safar 2021, Benarkah Sial Tidak Boleh Menikah? Sejarah dinamakan bulan Safar tentu terdapat alasan khusus, seperti dilansir dari NU, Bahwa merujuk pada penjelasan  Imam Abul Fida Ismail bin Umar ad-Dimisyqi, atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Ibnu Katsir (wafat 774 H). Safar mempunyai arti “sepi” / “sunyi” selaras dengan keadaan masyarakat Arab yang selalu sepi pada bulan Safar.

Imam Ibnu Katsir menerangkan:

صَفَرْ: سُمِيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوْتِهِمْ مِنْهُمْ، حِيْنَ يَخْرُجُوْنَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ

Artinya, “Safar dinamakan dengan nama tersebut, karena sepinya rumah-rumah mereka dari mereka, ketika mereka keluar untuk perang dan bepergian.” (Ibnu Katsir, Tafsîrubnu Katsîr, [Dârut Thayyibah, 1999], juz IV, halaman 146).

Alasan Penamaan Bulan Safar

Baca Juga:Bikin Takut, Ini Efek Memakai Sepatu Hak TinggiPenampakan Kacamata Pintar Besutan Xiaomi, Dilengkapi Chip

Ibnu Manzhur (wafat 771 H), Menurutnya, terdapat beragam alasan mendasar di balik penamaan bulan Safar, di antaranya:

  • Seperti penjelasan Ibnu Katsir;
  • Orang Arab mempunyai kebiasaan memanen seluruh tanaman, dan mengosongkan tanah-tanah mereka dari tanamanan pada bulan Safar; dan
  • Pada Bulan Safar orang Arab mempunyai kebiasaan memerangi setiap kabilah yang datang, sehingga kabilah-kabilah itu  harus pergi tanpa bekal (kosong) sebab mereka tinggalkan akibat rasa takut terhadap serangan orang Arab.

(Muhammad al-Anshari, Lisânul ‘Arab, [Beirut, Dârus Shadr: 2000], juz IV, halaman 460).

Keutamaan bulan Safar:

Keutamaan Bulan Safar seperti terdapat dalam Surah  Yunus Ayat 107 dalam Al-Quran , salah satu keutamaan bulan Safar adalah membuat kita menjadi pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketauhidan dan menolak khufarat.

وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗ ٓاِلَّا هُوَ ۚوَاِنْ يُّرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَاۤدَّ لِفَضْلِهٖۗ يُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ ۗوَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya:

Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang“.

Nabi Muhammad SAW Bersabda:

Barangsiapa yang keperluannya tidak dilaksanakan disebabkan berbuat thiyarah, sungguh ia telah berbuat kesyirikan. Para sahabat bertanya, ’Bagaimanakah cara menghilangkan anggapan (thiyarah) seperti itu?’ Beliau bersabda; ’Hendaklah engkau mengucapkan (doa), Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali itu datang dari Engkau, tidak ada kejelekan kecuali itu adalah ketetapan dari Engkau, dan tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau’.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani).

0 Komentar