Ekonomi Syariah Bidikan di Tengah Badai Covid 19

Ekonomi Syariah Bidikan di Tengah Badai Covid 19
0 Komentar

Oleh Salma Rufaidah, S. Sos
(Aktivitas Pegiat Literasi)

Masalah kondisi keuangan negara di tengah badai Covid 19  nampak belum berakhir . Namun ada harapan sebagaimana yang disampaikan Menkeu Sri Mulyani  bahwa sektor ekonomi dan keuangan syariah mampu bertahan di tengah guncangan krisis pandemi Covid 19. Kondisi ini diliat dari rasio kecukupan modal atau CAR ( Capital Adequacy Ratio) perbankan Syariah hingga kredit macet alias non performing loan (NPL).

CAR dari Bank Syariah selama tahun 2020 masih stabil pada angka 20-21%. Sedangkan NPL turun dari 3, 46% pada Januari 2020 menjadi 3,13 pada Desember 2020 (Tempo.coJakarta, 12/3/2021).

Sepanjang tahun 2020, bila dilihat dari aset perbankan, ternyata ketahanan keuangan syariah melesat . Ia menyebutkan, total aset perbankan syariah pada Desember 2020 meningkat menjadi Rp608,9 triliun atau naik dari Desember 2019 sebesar Rp 538, 32 triliun.
Sri Mulyani menggambarkan bahwa penggalian potesi dalam perbaikan SDM dan pengembangan teknologi digital sangat menunjang  dalam perluasan perkembangan sektor ekonomi dan pasar keuangan.

Baca Juga:Prostitusi Online yang Tak Kunjung UsaiFood Estate dan Kemandirian Bangsa, Bagaimana Mengaturnya?

Menurut Direktur Utama BSI Hery Gunardi, perkembangan  ekosistem ekonomi dan perbankan syariah bisa besar dan kuat, tentu perlu dukungan dan kerjasama berbagai sektor yang berkaitan . Terlebih lagi bila kerjasama dan sinergi  dengan lembaga riset dan perguruan tinggi , maka PT. BSI Tbk. siap untuk mengembangkan ekonomi syariah (Kontan. co.idJakarta,12/3/2021)

Sejak ekonomi dunia yang berbasis kapitalis hancur oleh pandemi, mulailah masyarakat melirik ekonomi syariah, apalagi jumlah penduduk muslim yang besar mampu menopang dan kekuatan dalam mengembangkan ekonomi nasional. Hal senada diungkapkan pula oleh The State of The Global Islamic Economy report (SGIE report) tahun 2020/2021. Indonesia berada di posisi ke 4, naik kelas dari peringkat ke 5 tahun 2019 dan dari peringkat 10 tahun sebelumnya. Perubahan peringkat ini didorong oleh 5 indikator diantaranya, modest fashion, , halal food , muslim friendly travel, Islamic Finance, media and recreation serta cosmetic and formation. Diungkapkan pula oleh Menkeu, salah satu indikator yang diukur dalam SGIE report adalah Islamic finance. Untuk indikator ini, Indonesia berhasil melompat ke peringkat ke-2. Laporan ini mengulas perkembangan sektor keuangan syariah di 135 negara dengan mempertimbangkan lima indikator yaitu quantitative development, knowledge, governance, corporate social responsibility, dan awareness.(beritasatu.com).

0 Komentar