Korban Banjir masih Trauma

0 Komentar

PADALARANG-Banjir bandang yang melanda Padalarang, Selasa (31/12) lalu, tidak hanya rumah yang terdampak hingga dindingnya jebol. Namun, dua anak yang mengalami disabilitas turut terendam banjir.
Hal ini, diakui Aisah (49) mengakibatkan trauma pada dirinya jika harus tinggal kembali di rumahnya. “Saya gak mau tinggal di sini, takut! Apalagi tanggul belum benar-benar diperbaiki, takut airnya masuk lagi ke dalam rumah,” ungkap Aisah saat ditemui, Selasa (7/1).
Pada saat banjir melanda, dirinya bersama dua orang anaknya berada di rumah. Secara tiba-tiba, air masuk ke dalam rumah hingga membuat dinding rumahnya jebol. Sementara anak pertamanya yang berusia 30 tahun dan menderita Hidrosefalus serta anak bungsunya yang berusia 11 tahun dan menderita epilepsi serta tuna wicara tersebut, sudah dalam keadaan terendam banjir.
“Saya panik, anak sudah terendam sepinggang! Saya minta tolong tetangga untuk membawa anak saya ke atas. Sambil hujan-hujanan saya bawa anak saya ke atas, ditolong tetangga dan adik saya,” paparnya.
Dengan kondisi rumah yang rusak berat serta trauma, dia mengungkapkan, untuk sementara tinggal bersama orang tuanya sampai keadaan benar-benar aman. “Saya tinggal di rumah bapak di atas. Saya masih traumma, ngungsi di atas juga saya itu gak bisa tidur,” ucapnya.
Disinggung soal bantuan, dia menuturkan, beberapa bantuan sudah diterima akan tetapi, dirinya masih membutuhkan beberapa bantuan lainnya seperti perbaikan rumah dan kasur untuk tidur kedua anaknya yang difabel. “Ada bantuan sembako tapi saya masih perlu kasur karena anak yang ketiga itu tidak bisa apa-apa. Sama ini, perbaikan rumah tapi belum dapat kabar, apa ada bantuan untuk perbaikan rumah,” tukasnya.
Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna mengatakan, dari tiga titik banjir terbesar dialami warga Kampung Lebaksari Desa Mekarsari Kecamatan Ngamprah, warga Perumahan Cimareme Indah Desa Margajaya Kecamatan Ngamprah, serta warga Kampung Pajagalan Desa Cipeundeuy Kecamatan Padalarang. Total kerugian yang dialami mencapai Rp 8 miliar. “Kerugiannya kurang lebih Rp 8 miliar di tiga titik ini. Kalau kerugian sepenuhnya gak mungkin kita bantu tapi, kalau logistik, baju anak sekolah dan makanan, material bisa dibantu,” ungkap Umbara saat ditemui di Kampung Pajagalan.

0 Komentar