Kiai Migas

0 Komentar

Setamat akademi itu Gus Kikin berkarir di BUMN: menjadi pegawai Djakarta Lloyd. Dengan karir yang moncer pula: umur 30 tahun sudah menjadi kepala cabang di Cilegon.
Itulah masa jaya Djakarta Lloyd. Dengan grup band terkemukanya: D’Lloyd.
Setelah lebih 10 tahun di Djakarta Lloyd –dan pindah-pindah ke beberapa cabang– Gus Kikin pun keluar. “Saya melihat ada yang tidak sehat di situ. Suatu saat akan bahaya,” ujar beliau.
Saat kelak Djakarta Lloyd benar-benar di bibir kebangkrutannya Gus Kikin sudah lama jadi pengusaha. “Saya jadi eksportir,” ujarnya.
Yang diekspor adalah komoditi seperti pinang, minyak atsiri, dan banyak lagi. Tujuan utamanya Korea Selatan.
Belakangan Gus Kikin punya usaha minyak dan gas bumi. Sumur pertama gasnya ada di Madura. Tepatnya di Sumenep. “Sebentar lagi gasnya sudah mengalir,” kata Gus Kikin.
Luar biasa.
Dan Kini Gus Kikin menjadi kiai utama di Tebu Ireng. Waktunya pun akan terbagi di tiga lokasi: Surabaya, Jakarta, dan Tebu Ireng.
Inilah babak baru dunia perkiaian Indonesia.(Dahlan Iskan)

0 Komentar