Oleh: Kaka Suminta
Ada tiga hal besar yang dihadapi oleh umat manusia di abad 21 ini, yakni soal (masih) ancaman senjata nuklir, ancaman kerusakan ekologi dan soal disrupsi teknologi. Demikian disampaikan oleh Yuval Noah Harari penulis buku Homo Sapien dan Homo Deus dalam buku dan beberapa ceramahnya.
Dua ancaman terdahulu adalah apa yang tidak diinginkan umat manusia, karena keduanya jelas berakibat negatif, sementara masalah terakhir adalah hal yang mendua bagi umat manusia, pertama karena disrupsi teknologi adalah hal yang tak terhindarkan dan umat manusia berusaha untuk mencapai posisi yang terus-menerus meningkatkan kemampuannya dalam bidang ini, namun di sisi lain juga ada kekhawatiran atas akibat dari perkembangan teknologi ini.
Di manakah posisi Indonesia dalam ketiga isu global ini? Kita hampir dapat memastikan bahwa dalam ketiga isu tadi Indonesia tidak berada di depan sebagai negara yang memiliki potensi untuk dapat berbicara di dalam pergaulan global dalam ketiga isu tadi. Dalam hal ancaman senjata nuklir Indonesia harus puas sebagai objek yang tak memiliki kendali atasnya, sementara dalam bidang kerusakan ekologi, Indonesia juga bukan negara yang memiliki kemampuan untuk menjadi pemain utama dalam arti positif memiliki kemampuan sumberaya ekonomi dan teknologi untuk menjadi pemain utama mencegah kerusakan ekologi. Demikian juga dalam masalah disrupsi teknologi Indonesia juga tidak memiliki sumberdaya yang cukup untuk menjadi pemain utama dunia. Kesadaran akan hal ini, akan memudahkan untuk memahami poisisi kita sebagai bangsa dan bagaimana kita harus bersikap.
Berita baiknya adalah bahwa dari ketiga isu utama dunia tadi tak satu pun negara di dunia yang mapu mengatasi salah satu atau ketiganya secara sendiri-sendiri, perlu sebuah kerjasama globat untuk mengendalikan senjata nuklir, sehingga tidak menjadi ancaman untuk kehancuran dunia yang sudah menjadi kekhawatiran umum pasca perang dunia kedua. Demikian juga dengan ancaman kerusakan ekologi dunia, kita memahami bahwa tak satupun bangsa di dunia yang mampu menanganinya secara individual, untuk hal ini pun diperlukan kerjasama global untuk mengatasinya. Dalam hal menyikapi disrupsi teknologi juga demikian, perlu dilakukan kerjasama global, yang sampai saat ini lebih merupakan kompetisi global, sebelum masalah ini kemudian disadari menjadi masalah global yang tak ada satu negara pun yang mampu mengatasinya sendirian.