LEMBANG-Pasca ditutupnya kran impor, harga buah lokal mengalami kenaikan harga. Meski begitu, penutupan kran impor tersebut dianggap sebagai kabar baik untuk menumbuhkan perekonomian petani buah dan sayuran lokal.
Pengelola Pasar Sentra Sayuran Garden City Lembang Kabupaten Bandung Barat, Totoh Gunawan mengatakan, kenaikan harga komoditi buah diakibatkan sudah beberapa waktu ini, impor komoditas buah dan sayuran ditutup Pemerintahan Indonesia.
“Memang imbasnya harga buah-buahan sekarang menjadi mahal di pasaran. Seperti kita ketahui, komoditas buah impor itu lebih murah jika dibandingkan dengan komoditas lokal,” ujar Totoh saat ditemui, Rabu (18/3).
Kendati demikian, dia mengungkapkan, penutupan kran impor menjadi kabar baik, karena telah menjadi jalan terang bagi para petani lokal untuk mendistribusikan produk pertaniannya.
“Keuntungannya komoditi buah lokal menjadi bagus, banyak dicari masyarakat sekarang,” ucapnya.
Harga buah lokal melonjak
Beberapa buah-buahan lokal yang saat ini harganya melonjak, diantaranya jeruk medan dan apel. Pada saat kran impor dibuka, kata dia, harga buah-buahan lokal tersebut masih standar.
“Setelah gak ada impor harga jeruk medan melonjak ke Rp 20.000/kg hingga Rp 25.000/kg, apel Rp 12.000/kg awalnya, sekarang menjadi Rp 17.000/kg,” paparnya.
Dengan adanya penutupan kran impor buah, dia menyatakan, para petani lokal saat ini sedang diuntungkan. Sehingga dirinya berharap kran impor khususnya untuk komoditi buah ditutup oleh pemerintah untuk selamanya.
“Saya harap gak ada impor lagi biar para petani buah dan sayur sejahtera. Mudah-mudahan pemerintah menutup impor dan lebih mengutamakan komoditi lokal,” imbuhnya.
Menurut dia, kenaikan harga buah dan sayuran lokal tidak akan terlalu menjadi masalah karena masyarakat masih bisa mencari alternatif lain.
Hal ini dia alami sendiri di Pasar Sentra Sayuran Garden City Lembang yang mengkhususkan menyediakan berbagai macam komoditi buah dan sayur dari petani lokal terutama petani di Lembang.
“Kalau buah dan sayuran mahal sebetulnya tidak terlalu (masalah), tapi kalau beras mahal, ini yang bahaya karena masyarakat di kita lebih membutuhkan beras ketimbang sayur atau buah karena kan kalau lauk itu, masyarakat bisa apa saja tapi kalau peran beras gak bisa diganti,” tandasnya.(eko/dan)