Alenia berikut ini adalah bagian yang sensitif. Yang belum tentu banyak orang yang memahami.
Yakni apa yang sebenarnya harus dilakukan saat terjadi pandemi. Doktrin dalam pandemi, kata Andani, adalah memfokuskan semua usaha untuk memutus rantai penyebaran.
”Perang lawan pandemi itu di lapangan. Bukan di rumah sakit,” ujar dokter Andani.
Itu perlu ditegaskan agar jangan sampai upaya terbesar adalah menangani yang sudah terkena Covid-19.
Protokol Covid-19 haruslah physical distancing, pakai masker, dan cuci tangan itu. Termasuk di dalamnya memisahkan penduduk yang sehat dari yang terkena wabah.
Menurut Andani, kalau saja hasil pool test tersebut negatif, maka orang dari luar lima kabupaten tersebut tidak boleh masuk ke dalamnya. Yang di dalam lima kabupaten tidak boleh keluar. Mereka boleh hidup normal sebatas di dalam lima kabupaten itu –termasuk boleh sekolah dan tarawih.
Andani adalah dokter ahli penyakit tropis. Ia lulus sebagai dokter di Universitas Andalas. Lalu mengabdi di rumah sakit di Padang. Setelah itu Andani ke Universitas Gadjah Mada Jogjakarta untuk mendapatkan spesialisasinya.
Kini Andani menjadi Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Universitas Andalas, Padang. Praktik dokternya sangat laris. Andani bisa praktik sampai pukul 2 malam. Andani sangat disukai orang yang lagi sakit di sana –karena boleh tidak membayar.
Jiwa aktivisnya tidak larut dalam komersialisme. Sebagai aktivis mahasiswa dan tokoh HMI, Andani ingin terus berjuang lewat profesi dokternya.
Ia ingin sekali menghasilkan produk kesehatan untuk Indonesia. Ia belum mau banyak bercerita. Tapi sebenarnya Andani lagi melakukan riset untuk menemukan cara mendeteksi virus yang menyebabkan kanker mulut rahim. Ia juga sedang riset untuk membuat cairan yang akan dipakai melakukan tes di lab. Misalnya tes Covid-19 seperti sekarang ini.
Tahun lalu Andani akan dinobatkan sebagai dosen teladan di Universitas Andalas. Andani menolak. ”Saya harus menghasilkan penemuan dulu,” katanya.
Sewaktu wahasiswa Andani juga aktif di dunia pers kampus. Karena itu cita-cita awalnya jadi wartawan. Lalu ganti cita-cita ingin ke ITB. Ayahnyalah –seorang polisi– yang memintanya jadi dokter.