BANDUNG – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil angkat suara tentang elektabilitas Gubernur Jawa Barat dan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo sebagai kepala daerah menjadi yang tertinggi dalam hal penanggulangan COVID-19.
Orang nomor satu di Jabar itu menilai bahwa naik turunnya elektabilitas bukan sebuah tujuan. Sebab, yang terpenting baginya, menyelamatkan warga Jabar dari wabah COVID-19.
“Jadi bagi saya elektabilitas naik turun bukan tujuan karena konsentrasi kita ini fokus menyelamatkan 50 juta masyarakat Jawa Barat, lain-lain itu sekunder,” ucap Emil, sapaan akrabnya, di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (8/6).
Emil mengungkapkan, kunci sukses Pemprov Jabar dalam menanggulangi Covid-19 karena bekerja sesuai kebutuhan dan menggunakan bidang keilmuan sesuai sektornya masing-masing.
“Bekerja itu jangan mencari pujian niatnya, bekerja itu jangan berharap ada apresiasi yang penting kita ini bekerja karena kebutuhan, itu lah kunci sukses Jawa Barat,” ungkapnya.
“Selalu memakai ilmu, selalu nanya dulu ke ilmuan ekonomi, ilmuan kesehatan dalam menghitung zona kuning, zona biru itu sembilan indeks paling ketat,” tambahnya.
Kendati demikian, Emil pun tidak bisa mengelak jika hasil survei tersebut dihubungan dengan politik. Sebab, niatnya kerja itu tidak berharap ada ada apa apresiasi yang penting kita ini bekerja karena kebutuhan Gugus Tugas.
“Nah kalau hasilnya menggembirakan berarti hasil tidak membohongi proses, kalau ada apresiasi dihubungkan ke politik seperti tadi elektabilitas saya juga tidak bisa menghindari kecuali mungkin mudah mudahan itu adalah sebuah hal yang faktual,” tandasnya.
Untuk diketahui, menurut Survei Indikator, elektabiltas Ganjar naik dari 9,1 persen (pada Februari 2020) menjadi 11,8 persen (pada Mei 2020). Adapun elektabilitas Ridwan Kamil naik cukup tajam 3,8 persen menjadi 7,7 persen.
Sementara itu, elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan turun dari 12,1 persen menjadi 10,4 persen. Begitu pula dengan elektabilitas Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa turun dari 5,7 persen menjadi 4,3 persen. (rls)