Belum lagi mengenai sektor pariwisata, kali ini saya tertarik mengenai realita bonbin atau kebun binatang, banyak berita mengabarkan bahwa bonbin-bonbn di Indonesia mengalami krisis pakan, tidak sedikit kebun binatang ataupun komunitas pecinta satwa membuka penggalangan dana untuk menyambung hidup hewan-hewan yang kelaparan. Tidak hanya itu, kenyataan-kenyataan lama yang baru muncul, dari salah satu organisasi yang bergerak dibidang konservasi satwa memberitakan bahwa ada sekitar delapan puluhan bonbin tersebar di negara kesatuan ini, namun hanya 30% yang berakreditasi A, mereka juga menambahkan pertanyaan “apakah bonbin benar-nemar buntung selama pandemi? Lalu, selama beroprasi sudah meraup keuntungan seberapa banyak?”.
Saya lebih tertawa ketika membaca banyak berita yang berisi tentang kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang mencla-mencle, tidak selaras. Apa punggawa-punggawa macan Asia ini ngga punya grup WhatsApp, line atau telegram, kok raja ngomong gini, praurit ngomong gitu. Sampai-sampai Bapak Jokowi turun tangan langsung dengan memberikan komando kepada kepala daerah untuk selalu berkoordinasi dengan pemerintah pusat mengenai penanganan Covid-19 ini. Atau jangan-jangan mereka sudah punya grup di medsos sebenarnya, tapi ya gara-gara pandemi ini mereka harus work from home, sedangkan tidak ada yang tau, mungkin disana paket data internet beliau-beliau itu habis, ludes untuk rapat online atau mungkin mereka kesulitan mendapat sinyal internet dan mager buat keluar, ke tempat tinggi untuk mencari sinyal seperti siswa-siswi di daerah susah sinyal internet sana.
Dari sini saya merenung, apa sebenarna yang terjadi, apa yang sedang ingin disampaikan Yang Maha Tahu, jangan-jangan kenyataan-kenyataan lama yang “baru” menguap ke permukaan, atau memang sengaja ditutup-tutupi oleh “oknum-oknum” tertentu itu memang maksud dari pandemi ini, Tuhan ingin memberitahu kita sekaligus, Ia mengirimkan broadcast via pandemi, kepada hampir dua ratus tujuh puluh juta jiwa, serentak.
Hal ini juga membuka pikiran saya, bahwa negara ini sudah tidak lagi sakit, tapi sudah diambang maut. Dimana-mana penduduk kurang mampu, dimana-mana korupsi, dimana-mana kepentingan, dimana-mana kotor. Yahh, gimana lagi, semoga Yang Maha Tahu tidak bosan mengingatkan kita. (*)