KOTA BANDUNG — Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jawa Barat (Jabar) Setiawan Wangsaatmaja secara simbolis menerima bantuan satu unit mobil laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (23/7/20).
Penyerahan simbolis dilakukan oleh Staf Ahli Kepala BNPB Mayjen TNI (Purn) Komaruddin Simanjuntak, SIP, M.Sc.
Nantinya, mobil lab PCR dari BNPB ini akan digunakan di berbagai titik di Jabar oleh Divisi Pelacakan Kontak, Pengujian Massal, dan Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Jabar dalam rangka meningkatkan jumlah pengetesan masif di Jabar.
Menurut Setiawan, saat ini contact tracing (pelacakan kontak erat) dan pengetesan masif adalah kunci penanggulangan COVID-19 dalam masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di Jabar.
“Kami masih terus bekerja keras untuk melakukan pengetesan karena kami ingin (pengetesan) itu dilakukan sebanyak-banyaknya (di Jabar),” ucap Setiawan.
“Jadi kami sangat berterima kasih atas bantuan (mobil lab COVID-19) dari BNPB. Dengan bantuan (mobil lab), kami tinggal fokus tentukan target mana yang harus dites. Bapak Gubernur (Ridwan Kamil) juga titip untuk menyampaikan terima kasih kepada BNPB,” tambahnya.
Setiawan juga menjelaskan, saat ini pihaknya berupaya mengejar target pengetesan usap (swab test) metode PCR kepada 150 ribu orang. Hal itu merujuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyarankan pengetesan contact tracing dilakukan terhadap 10-30 orang dari satu kasus terkonfirmasi positif.
“Jabar saat ini ada sekitar 5.700 (kasus terkonfirmasi), jadi jika kita kalikan 30 artinya ada kurang lebih 150 ribu orang yang butuh untuk kita uji dengan PCR,” tutur Setiawan.
Kepada Staf Ahli Kepala BNPB, Setiawan pun melaporkan bahwa pihaknya setiap minggu melakukan pertemuan bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jabar untuk melaporkan perkembangan maupun kegiatan yang sudah dilakukan dalam menangani COVID-19.
“Kami di Jabar selalu kompak. SDM (Sumber Daya Manusia) di Jabar juga hebat. Dan kami sudah lebih dulu menentukan sembilan indikator untuk level kewaspadaan. Tapi sekarang disesuaikan mengikuti pusat agar satu bahasa (warna),” ucap Setiawan.