Yang juga menarik: istighotsah di pondok ini dilakukan dengan cara melantunkan syair. Kesannya lebih berdendang syair daripada istighotsah. Syair itu juga gubahan sendiri sang kiai.
Dalam syair itu dilantunkan dulu kalimat pujian pada Tuhan dalam bahasa Arab. Lalu disambung lantunan syair dalam bahasa Jawa. Dilagukan. Dengan irama yang berbeda-beda.
Pondok ini juga tidak mau menerima BOS (bantuan operasional sekolah). Atau bantuan apa pun dari pemerintah. Juga tidak mau minta-minta sumbangan. Justru tamu-tamu yang datang, pulangnya diberi uang. Disangoni jimat. Termasuk bupati sekali pun.
Setelah mendengar itu saya menjadi ragu. Apakah jimat saya itu isinya juga uang.(Dahlan Iskan)