Melayat Drive-Through

0 Komentar

Lembar pertama untuk diisi nama dan nomor telepon. Ini penting untuk pelacakan Covid-19–bila diperlukan kelak. Lembar keduanya, kertas kosong: boleh menulis kenangan apa saja untuk almarhum. Bagi yang mau, tulisan itu akan ditempel di papan yang dipajang di tempat meisong.

Dari tempat pembagian spidol+kertas itu cukup jauh ke lokasi penghormatan. Cukup waktu untuk menulis. Apalagi kalau masih harus lama berhenti. Untuk antre drive-through.

Sebenarnya petugas meisong minta saya tetap di mobil. Tapi saya memutuskan turun. Saya akan memberi penghormatan secara khusus.

Baca Juga:Bupati Pilih 5 Nama Pimpinan Baznas Kabupaten SubangBerminat Kerja di Jepang? Bisa Daftar ke Apdesi

Keluarga ini adalah contoh kegigihan, kerja keras, dan hidup sederhana. Pun di kala sudah kaya raya. Almarhum juga contoh bagaimana hidup sehat dengan berolahraga. Almarhum sangat rajin berenang dan jalan sehat. Ia tahu saya disiplin senam dansa setiap hari. Maka ia minta agar seminggu sekali saya senam di lokasi ia jalan sehat: di lapangan KONI Jatim.

Permintaan itu saya penuhi. Seminggu sekali kami senam ramai-ramai di lapangan itu. Ratusan orang jalan sehat mengelilingi lapangan. Sebagian ikut senam gaya DI’s Way. Itu berlangsung beberapa bulan. Sampai musim hujan tiba: tidak bisa untuk senam di tengah lapangan.

Almarhum juga contoh kerukunan. Terutama di dalam keluarga besar mereka sendiri. Waktu adik nomor 2 sakit, almarhumlah yang merawat. Sang adik sakit parkinson. Almarhum sampai menuntun sang adik ke kolam renang di sebuah hotel. Tiap hari. Sampai manajer hotel keberatan kok ada orang sakit renang di situ. Secara bisnis itu dianggap merugikan hotel. Tapi yang sakit itu manusia. Adalah hak setiap manusia untuk berolahraga.

Sang adik sangat berjasa di perusahaan keluarga ini. Ialah yang berhasil mengajak investor Taiwan masuk ke pabrik sepatu mereka. Almarhum juga punya kiat baru untuk menjaga kerukunan keluarga itu. Semua keluarga dibiayai untuk tur ke luar negeri. Harus bersama-sama. Tapi hanya keluarga yang wanita. Kakak-adik-ipar-sepupu harus ikut. Tidak boleh diikuti yang laki-laki.

“Pertengkaran keluarga biasanya dimulai dari perempuan-perempuan ini,” ujar Helen menirukan ucapan almarhum.

0 Komentar