Oleh : Moh. Ali Ma’sum
Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Penerima Manfaat Beasiswa BAZNAS 2020)
Bulan Agustus sudah memasuki pekan kedua dimana kita sudah mendekati peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia, maka tak aneh jika sebagian masyarakat Indonesia diberbagai daerah sudah ada yang menyelenggarakan acara dalam rangka memperingati hari proklamasi kemerdekaan RI ke-75 dengan segala bentuknya. Walaupun ditengah situasi pandemi ternyata masih banyak yang mengadakan acara penyambutan hari kemerdekaan itu baik secara langsung (offline) maupun secara tidak langsung (Online).
Tujuh puluh lima tahun sudah bisa dikatakan negri ini tua lansia jika dilihat dalam konteks usia hidup manusia. Sebaliknya, 75 tahun barulah seumur jagung jika dibandingkan dengan siklus peradaban dari suatu Negara. Oleh karenanya, menilai sukses atau gagalnya kemerdekaan berdasarkan usia kemerdekaan yang diraih sebuah negara menjadi relatif tergantung perspektif yang kita gunakan.
Perlu kita renungkan bahwa bukan tentang angka-angka dengan nominal puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun itu. Bukan juga tentang selebrasi berlebihan bahkan melalaikan dalam memperingati kemerdekaan. Melainkan sebuah refleksi tentang karya dan kontribusi besar apa yang sudah disumbangkan bangsa kita pada peradaban umat manusia.
Bagi setiap pribadi yang menikmati kemerdekaan, pertanyaannya menjadi, kontribusi dan karya apa yang sudah kita berikan kepada bangsa? Yang jelas kesyukuran harus senantiasa kita sampaikan atas berkah kemerdakaan yang telah kita raih ini. “La in syakartum la-aziidannakum wa la in kafartum inna ‘adzaabi lasyadiid”
Banyak pandangan negatif, sinis, bahkan sarkatis dalam mengomentari kondisi Indonesia hari-hari ini yang dianggap belum betul-betul merdeka. Baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, dan lain sebagainya.
Pandangan yang demikian tidak sepenuhnya salah. Sebab memang demikian realita dan fakta yang sama-sama kita rasakan. Akan tetapi, selayaknya kita harus adil dalam menilai. Marilah kita ubah pandangan dan kacamata kita dalam perspektif yang lebih positif.
Hakikat Kemerdekaan sebagaimana disampaikan oleh para pendiri bangsa kita bukanlah tujuan melainkan jembatan. Merdeka adalah gerbang. Gerbang yang mengantar pada apa yang kita namai dengan kesejahteraan, kebahagiaan, dan keadilan di seluruh dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesejahteraan sosial takkan mungkin dicapai tanpa keadilan sosial. Keadilan sosial pun memiliki sejumlah asas. Diantaranya yang terpenting adalah kebebasan dan kemerdekaan jiwa manusia.