Ina juga mengatakan peran pemerintah itu harus segera hadir sebagai quick win di masa pandemi. Menurut Ina, pemerintah perlu membangun pusat ekonomi sesuai dengan keunggulan daerah. Apalagi saat pandemi, tampak jelas, sektor mana yang mampu bertahan dan memiliki peluang besar untuk berkembang. Sektor-sektor yang bertahan itu antara lain pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan pengangkutan. Sedangkan sektor yang meningkat adalah makanan, ritel kebutuhan pokok, teknologi informasi, dan kesehatan.
Berikutnya, kaitannya dengan pendidikan untuk mengurangi pengangguran, kata Ina, dengan menyesuaikan kurikulum SMK dengan kebutuhan lapangan usaha. Upaya itu dibarengi dengan adanya edukasi anak perempuan agar terus melanjutkan pendidikan. Dengan demikian, diharapkan perempuan dapat memutus rantai kebodohan dan kemiskinan.
Pembicara lainnya, anggota DPR dari Partai Golkar,Nurul Arifin mengatakan pentingnya perempuan dalam politik. Menurut Nurul, banyak hal dalam politik tentang perempuan dan hal itu tidak bisa meminta kaum lelaki untuk membahasnya secara keseluruhan.
“Pemikiran perempuan tidak bisa diwakilkan. Oleh karena itu, penting adanya perempuan dalam politik,” ujar Nurul yang mengatakan, anggota dewan perempuan dari Jawa Barat di DPR saat ini berjumlah 24 orang. Nurul juga menyampaikan kekecewaannya melihat masih jarang perempuan di aparatur sipil negara (ASN) yang menduduki posisi pimpinan. Demikian pula di militer dan kepolisian. Diakui Nurul, masih ada persoalan kemampuan pada perempuan. Berikutnya masih ada kekhawatiran perempuan bila meninggalkan rumah demi kariernya.
“Ada juga perempuan yang dilarang suami untuk berkarir lebih tinggi,” ucapnya.
Ketua SAWANDA, Mira RG Wiranatakusumah menyebutkan perempuan Sunda sudah banyak yang tergabung dalam berbagai komunitas, meskipun masih sebatas pertemuan yang tidak dibebani hak dan kewajiban. Namun, akan lebih baik, kata Mira, bila komunitas itu mulai turut berdiskusi dan berpikir menjadi solusi bagi persoalan-persoalan bangsa.
Ia menyebutkan saat ini di Kota Bandung sedikitnya terdapat 80 komunitas dan 70 organisasi masyarakat perempuan. Mira juga mengatakan komunitas dan organisasi perempuan ini perlu berkolaborasi menyamakan persepsi. Sehingga, bisa mengeluarkan pemikirannya untuk solusi permasalahan bangsa.
Di bawah rezim sekuler, pendidikan bagi perempuan diarahkan untuk menjadikan mereka penggerak roda ekonomi. Bukan dalam rangka memberikan hak dasar pendidikan itu sendiri serta tidak memperkaya pengetahuan dalam diri perempuan dan anak.