Melonjaknya Angka Perceraian Akibat Terguncangnya Ketahanan Keluarga

0 Komentar

Definisi tersebut menunjukan bahwa ketahanan keluarga meliputi banyak aspek. Mulai dari aspek kekuatan spiritualitas, aspek ketahanan psikologis dan mentalitas, aspek kemandirian ekonomi, serta aspek keharmonisan pola relasi antar anggota keluarga, terutama suami dan istri. Aspek-aspek itulah yang sejatinya akan mewujudkan ketahanan sebuah keluarga. Akan tetapi, kondisi ideal ini terasa sulit diwujudkan di tengah situasi dimana sistem kehidupan kapitalisme-sekuler yang diterapkan. Sebaliknya, justru memunculkan berbagai krisis multidimensi yang mengganggu pola relasi antaranggota keluarga dan ujung-ujungnya menggoyah bangunan keluarga hingga rentan perpecahan.
Pada dimensi ekonomi, maraknya kemiskinan dan munculnya gap sosial yang lebar diproduksi oleh penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang eksploitatif. Sumber daya alam yang melimpah ruah nyatanya tak bisa menjamin masyarakat secara keseluruhan untuk bisa menikmati kesejahteraan. Disebabkan sumber daya alam yang selayaknya dikelola oleh negara untuk mewujudkan kesejahtraan masyarakat, dialihkan pengelolaannya kepada para kapital. Melaui prinsip kebebasan dan asas manfaat yang menjadi ruh sistem ini telah menyebabkan sebagian besar kekayaan hanya bisa diakses dan dikuasai oleh sekelompok kecil masyarakat bermodal saja. Sedangkan mayoritas masyarakat yang tidak bermodal memperebutkan remah-remahnya.
Pada dimensi sosial, penerapan sistem kapitalis-sekuler telah menyingkirkan peran agama di kehidupan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan masyarakat tidak menjadikan halal-haram sebagai standar perbuatan. Disamping itu, Pergaulan masyarakat juga kental diwarnai paham rusak, semisal liberalisme dan feminisme yang memicu kasus-kasus dekadensi moral. Kalangan perempuan di serang ide-ide feminisme yang menebar mimpi tentang kesetaraan dan pembebasan. Ide-ide inilah yang disadari maupun tidak telah menginspirasi kaum perempuan untuk sedikit demi sedikit menanggalkan peran sebagai seorang ibu yang merupakan fitrahnya. Akibatnya banyak kewajiban yang terabaikan, kehidupan keluarga menjadi berantakan disebabkan perempuan memilih eksistensi dan aktivitasnya diruang publik. Sehingga tak diherankan apabila pabrik-pabrik didominasi para pekerja perempuan. Menyingkirkan kaum laki-laki yang justru kesulitan mencari pekerjaan.
Apabila krisis multidimensi tersebut muncul dari pemilihan sistem kehidupan yang keliru. Maka penyuluhan-penyuluhan agama oleh ulama hanya akan menjadi solusi yang parsial, sebab tidak menyentuh akar permasalahan. Perlu dipilih sebuah sistem kehidupan yang mampu menjamin terjaganya ketahanan keluarga. Sebuah sistem yang memiliki aturan kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia serta mampu menentramkan hati. Hanya penciptalah yang mampu memahami fitrah manusia.

0 Komentar