SUBANG-Kegiatan Budaya di Kampung Adat Banceuy, Desa Sanca, Kecamatan Ciater mulai menggeliat. Namun tetap menerapakan protokol kesehatan Covid-19.
Sabtu (26/9) lalu, seniman Subang yang tergabung dalam komunitas LIKA menghibur masyarakat Kampung Banceuy melalui gelaran ‘Subang Nyeni Ke-8’.
Gelaran ini menampilkan kolaborasi “Longpung” perpaduan longser dan seni khas Subang Celempung. Tak hanya longser, ditampilkan pula beberapa pertunjukan dari anak-anak Banceuy, musikalisasi puisi dan ditutup penampilan utama longpung, yaitu pementasan longser yang diiringi musik celempung.
Tokoh masyarakat Banceuy sekaligus penggiat budaya, Kang Odang menyambut antusias pementasan Subang Nyeni ke-8 di tengah masyarakat Banceuy.
“Terimakasih atas kedatangan para seniman Subang yang malam ini mementaskan Subang Nyeni ke-8. Ia berharap acara tersebut memicu geliat beragam kegiatan budaya di Banceuy,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Kang Odang juga mengungkapkan, Kampung Adat Banceuy kembali menggeliat setelah masyarakat teredukasi. Kini sudah ada puluhan rumah yang digunakan sebagai homestay jika ada kunjungan tamu yang ingin menginap.
“Kini masyarakat makin paham, lebih ramah dan kedatangan pengunjung sangat dinanti. Setiap kegiatan adat seperti ruwatan pengunjung makin banyak. Tapi setelah pandemi Covid-19 hentikan dulu kegiatan adat. Sekarang sudah mulai longgar tapi kita ketatkan protokol kesehatan,” paparnya.
Dalam gelaran Longpung, masyarakat antusias menyaksikan. Gelak tawa warga pun pecah saat para pementas Longpung dengan apik dan natural melempar humoran. Disajikan dengan bahasa Sunda dan isu keseharian warga, membuat para orang tua pun hanyut dalam kegembiraan.
Acara yang dimulai sejak pukul 20.00 WIB itu digelar tanpa panggung, hanya lesehan beralas karpet. Demikian pula para penonton. Namun karena sentuhan dekorasi khas Sunda dipadukan lampu hias, area pertunjukan tetap terasa “nyeni”.
Lakon “Kajurung ku Butuh” tentang fenomena bank emok dan gadget yang dipentaskan malam itu, sukses membuat warga Banceuy tertawa lepas. Dari anak-anak hingga dewasa. Namun tetap terselip pesan moral: jangan berlebihan dalam hidup. Apalagi hingga menjual harta benda atau pinjam ke bank emok, hanya untuk kebutuhan gaya.
“Itu persembahan dari kami, sampai ketemu lagi di Subang Nyeni ke-9. Banceuy Nyeni, Mun Teu Nyeni, Lain Banceuy,” demikian teriakan salahsatu penggagas Subang Nyeni, Asep Kusmana, disambut tepuk tangan meriah penonton di penghujung acara.(red)