Diperlukan persiapan masyarakat dalam hal kesiapsiagaan yang dibagi menjadi dua, yaitu kesiapsiagaan di lingkungan tempat tinggal dan dalam beraktifitas di luar rumah. Kesiapsiagaan di lingkungan kita adalah mempersiapkan segala kemungkinan bila terjadi bencana seperti banjir, longsor, badai dan bencana sejenisnya. Mengamankan dokumen-dokumen penting dan sebagian bahan makanan serta obat-obatan cadangan pada tempat yang kedap dan aman. Menggali informasi terdahulu tentang sejarah bencana dan meneruskan pada perkuatan komunitas (RT atau RW) juga menjadi hal penting. Apabila potensi bencana pernah ada, maka menentukan titik aman dan jalur evakuasi menjadi keharusan. Selanjutnya seandainya ada pengungsian massal, bagaimana dengan kondisi saat pandemi ini, protokol kesehatan juga protokol VDJ (ventilasi-durasi-jarak) pasti sulit dilakukan? Jawabannya akan mendekati “ya”. Terus bagaimana bersikap?
Petugas Kesehatan dan aparat pemerintahan semestinya dapat mengontrol dan melokalisasi pengungsian. Persiapan logistik dan sanitasi serta sarana protokol kesehatan menjadi keharusan. Dukungan masyarakat yang tidak terdampak bencana semestinya ada dan beradaptasi dengan kondisi pandemi.
Sebelumnya bila ada bencana kita selalu menyaksikan “wisata bencana”, kondisi ini saat ini mestinya dapat dihilangkan untuk menghindari kerumunan massa non terdampak bencana, uluran bantuan dan sumbangan yang semestinya diberikan.
Aktifitas di luar rumah semestinya tetap mengikuti protokol kesehatan juga protokol VDJ, tetap jaga jarak, membawa dan menggunakan hand sanitizer seperlunya serta pakai masker dalam berteduh atau berlindung pada kondisi hujan. Membawa minyak kayuputih untuk menghangatkan badan serta membawa bekal minimal air putih dalam setiap perjalanan patut juga dipertimbangkan. Selanjutnya, usahakan selalu untuk mencari informasi kondisi cuaca daerah sekitar, yang menjadi tujuan atau yang dilalui. Hal ini sebagai tindakan preventif keselamatan diri. Informasi kondisi cuaca ini, dapat menjadi peringatan dini ancaman bencana yang akan terjadi.
Lalu bagaimana dengan musim pilkada? Semestinya protokol kesehatan dan VDJ tetap menjadi acuan, kerumunan massa semestinya dihindari. Terus, apakah kita golput dan tidak datang ke TPS? Idealnya memang e-voting atau yang sedang keren-kerennya saat ini, daring, ya pemilihan lewat media daring. tetapi kondisi saat ini sepertinya KPU belum bisa mengakomodir.