Ray menambahkan, ular juga bersifat nomaden atau berpindah-pindah. Jikalau ditemukan lubang tetasan telur ular, itu adalah tempat induk ular menaruh telurnya dan ditinggal. Induk ular tidak mengerami telur ular. “Saat ini predator alami ular semakin menipis jumlahnya sehingga tidak ada kontrol populasi ular secara alami di alam,” katanya.
Untuk itu, Ray menyarankan agar di masa telur-telur ular menetas sekarang ini, masyarakat untuk membersihkan pekarangan rumah. Jika terdapat area yang tidak pernah dibersihkan akan memberikan lokasi nyaman bagi ular untuk berkembang biak dan ketersediaan makanan melimpah.
“Sudut-sudut gelap dan terbengkalai adalah tempat yang dicari oleh induk ular meletakkan telurnya dan ditinggal. Oleh karena itu bersihkan secara rutin area yang rimbun dan tidak tersentuh,” ujarnya.
Selain itu, lakukan potong rumput dengan menggelar kerja bakti warga agar ular bergeser keluar kawasan. Jika beruntung ditemukan telur ular untuk dipindahkan, jangan dimusnahkan. “Pasang jebakan tikus, kurangi dan hilangkan tikus di dalam rumah dan di area yang tak terawat. Bau tikus mengundang ular datang,” katanya.
Sekedar untuk diketahui, pada 2019 silam Petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Kabupaten Purwakarta berhasil menangkap belasan anak ular kobra di permukiman warga.
Belasan anak ular tersebut muncul di perumahan penduduk di Jalan lodaya 13, Kampung Baru, RT 49/05, Kelurahan Nagri Kidul, Purwakarta itu, sehingga membuat para warga khawatir dan langsung melapor ke DPKPB Kabupaten Purwakarta untuk mengevakuasi ular tersebut.(add/ysp)