Pelaku-pelaku tersebut tentu beragama. Sebab jika mereka tidak beragama, pasti mereka sudah dicap atheis dan dipersilahkan “minggat” dari bumi pertiwi Indonesia ini. Padahal dalam ajaran agama yang mereka anut tersebut, pasti mengajarkan ajaran cinta kasih.dan menghargai nilai-nilai kehidupan. Socrates -manusia yang hidup 2500 tahun sebelum Masehi pun bertitah “manusia sempurna adalah yang memuliakan serta menempatkan semua manusia sama dan setara serta hidup kolektif”. Bisa jadi Socrates seorang nabi?
Soekarno penggali Pancasila, menginginkan Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki cinta kasih yang tulus murni seperti air susu ibu. Atau cinta kasih yang menyejukkan seperti mata air di pegunungan. Atau cinta kasih yang lembut seperti benang yang ditarik dari tepung halus juga sehalus kain sutra kualitas nomor satu.Namun memiliki ketegaran pendirian sekokoh karang dilaut.
Manusia Indonesia yang diinginkan oleh Hatta, KH. Agus Salim, KH.Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, Kartini, dan tentu kita yang “waras” adalah manusia yang menghargai kehidupan dengan cara memuliakan sesama tanpa pandang bulu. Semua gerak nyata ditujukan untuk memanusiakan manusia. “Jika hidup itu sejatinya, hanyalah perjuangan menggerakkan hati”, kata Dwijo Maksum, pegiat film di Kediri.
Menggerakkan hati untuk tidak merendahkan orang lain, untuk tidak memupuk dendam, untuk tidak merasa paling benar, untuk menerima perbedaan dan menghargainya, untuk tidak berbuat semena-mena kepada sesama dan alam, untuk melihat keindahan dari kehidupan yang dijalani bersama, untuk memuliakan kehidupan dan kemanusian. Menggerakkan hati untuk menggunakan posisi sosial kita membantu sesama dan tidak memanfaatkan posisi sosial untuk kepentingan pribadi. Menggerakkan hati untuk berbuat etik demi kehidupan yang memayungi semua. Menggerakkan hati untuk memihak masyarakat kecil, lemah, miskin, terpinggirkan, dan terdiskriminasi. Sekaligus menolak arogansi dan pelbagai macam bentuk penindasan terhadap nilai kemanusiaan. Inilah prinsip kemanusiaan dalam sila kedua yang harus dipegang tegung .
Kemanusiaan yang tersambung dan manunggal dengan Ketuhanan. Adakah saat ini orang yang tindakannya digerakkan oleh hati untuk memuliakan manusia? Tentu ada dan banyak jumlahnya. Ingin tahu siapa? Tanyakan pada nuranimu yang menggerakkan hati. Mari kita renungkan!