Memaknai Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Bagian Kedua

Memaknai Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Bagian Kedua
0 Komentar

Tapi hukum dan keadilan bukan sesederhana menonton bola. Cara pandang hadirnya keadilan bisa berbeda-beda. Bergantung kepada seberapa besar kepentingan yang dipertaruhkan. Juga kesadaran akan tuntutan hak dan pemenuhan kewajiban. Garis batasnya adalah hukum yang netral. Jaksa, penasehat hukum, korban,si tertuduh akan berebut “benar” dan “adil” di panggung meja hijau. Hakimlah yang mewujudkan rasa keadilan pada drama berebut “adil” di pengadilan. Bolehlah kita menjemput, Hakim Bao Zheng (999-1062 M) yang hidup di zaman Dinasti Song, atau Baharudin Lopa, di alam sana, atau Artidjo Alkostar yang masih ada. Mereka adalah orang-orang yang menegakkan hukum dengan adil.
Keadilan juga bukan hanya di ruang sempit pengadilan. Wujud keadilan juga bisa dirasakan dalam keberpihakan kebijakan penguasa kepada kepentingan hajat hidup orang banyak. Memberi ruang yang sama bagi sesiapapun tanpa mengenal strata sosial, ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan budaya.
Tanpa diskriminasi atau menandai. Karena keadilan adalah hajat hidup orang banyak. “Makhluk” yang tak berwujud namun bisa dirasakan dan dibutuhkan, seperti oksigen. Tanpa oksigen yang diberikan Tuhan cuma-cuma, matilah semua kehidupan. Begitupun pemerintahan dan hukum. Tanpa keadilan, pemerintahan dan hukum hanya panggung sandiwara. Hukum, hanya menjadi ajang permainan dan lakon sutradara. Percis seperti lagunya Ahmad Albar-God Bless. Keadilan adalah suatu proses yang terus diperjuangkan baik dalam teori dan praksis.
Kemanusiaan yang adil adalah kepekaan hati yang menjunjung tinggi nilai luhur kemanusiaan tanpa membedakan sesiapapun. Tanpa tergantung kepentingan, identitas, agama, politik, ekonomi dan segala keserakahan nafsu. Kepekaan hati adalah menghargai forum internum pemeluk agama lain.
Sekedar ucapan “selamat” adalah bagian dari penghargaan atas forum internum penganut agama lain. Tak sedikit pun ingin “nyemplung” dalam kesucian forum internum. Menghargai forum internum sebagai bagian dari menjaga nilai kemanusiaan. Kemanusiaan yang adil adalah wujud kemurnian hati. Keadilan adalah buah atau tujuan nilai kemanusiaan Adakah Hakim Bao, Artidjo Alkostar atau Baharudin Lopa saat ini? Tentu ada! Namun tak tahu dimana dan siapa. Selamat Tahun Baru 2021. Mari kita renungkan. Salam, Kang Marbawi.

0 Komentar