Sepak Terjang Maestro Sinden Asal Subang Hingga Dikagumi Presiden Soekarno

Sepak Terjang Maestro Sinden Asal Subang Hingga Dikagumi Presiden Soekarno
Lukisan Titim
0 Komentar

Orang Subang mestinya bangga. Pernah memiliki dua maestro sinden ternama. Kita mengenalnya, Titim Fatimah dan Cicih Cangkurileung. Titim Fatimah berhasil menarik perhatian Presiden RI pertama, Ir Soekarno. Dia diundang ke Istana Negara. Menariknya, Sinden asal Jalancagak itu pernah membuat suasana “damai” antara tentara Indonesia dengan kelompok tentara Darul Islam (DI)/TII.
Cicih Cangkurileung memiliki suara yang khas. Itulah kenapa dia mendapat julukan Cicih “Cangkurileung”. Dia berhasil meraih penghargaan hingga tingkat internasional. Namanya tetap harum hingga sekarang, mendapat gelar maestro sinden.
[premium]
TITIM FATIMAH
Dikagumi Soekarno, Mengubah Tradisi Sinden
“Paingan atuh paingan teu tebih ti sangka ati..
Engkang kagungan panyawat.. panyawat langkung lantip
Teu kaop lepat saeutik Engkang babarian bendu
Saruping mundut lantaran hoyong pirak sareng abdi
Da Engkang mah rupi nu teu sayaktosna”.
Bait lagu “Cahya Sumirat” itu seperti menjadi sihir. Ratusan penonton langsung senyap menghayati lagu hingga bait terakhir. Suara emas Titim Fatimah, selalu memukau penonton setiap kali manggung. Tak heran, jika Presiden Soekarno pun mengagumi maestro sinden asal Jalancagak, Subang itu. Sekitar tahun 1960, Titim pernah diundang untuk tampil di Istana Negara.
Ibarat sang diva, para penggemar rela memberikan saweran apa saja untuk Titim. Usai manggung, uang saweran yang terkumpul bisa sekarung terigu. Bahkan ada yang rela memberikan sapi, kerbau, rumah hingga kendaraan.
Mengubah Tradisi Sinden
“Kalau beliau sudah ngawih, yang tadinya penonton rame, jadi sepi,” kenang Hj Hadijah, adik Titim Fatimah, pada 4 April 2017 lalu kepada Pasundan Ekspres. Ia paling setia mendampingi Titim manggung. Menurutnya, Titim cukup ulet berlatih hingga memiliki suara yang khas.
Bakat Titim mulai terlihat saat orang tuanya Hj Amsuri dan H Damri Sumarta membiarkan Titim ikut manggung bersama tim kesenian wayang golek ke berbagai daerah di Subang. Sekembalinya dari Perkebunan Tembak di Deli, Sumatera.
Orang tuanya memutuskan pulang kampung ke Jalancagak, karena harus menyekolahkan Titim Fatimah di kampung halamannya. Di usianya yang masih anak-anak, Titim sudah berdekatan dengan dunia kesenian.

0 Komentar