Tapi sekali lagi, yang hebat adalah masyarakat Pantura. Masyarakata Pamanukan, Legonkulon, Pagaden, Blanakan, Pabuaran dan daerah lainnya. Mereka siaga. Mungkin saat hujan tidak tidur. Mereka bisa membuat apa saja agar bisa jadi pelampung dan perahu. Selebihnya berdoa kepada Tuhan di setiap malam.
Saat ini, seminggu setelah banjir, mungkin ada daerah yang belum surut. Pemerintah Kabupaten Subang, provinsi hingga pusat, turun memberikan bantuan. Beruntung, Subang punya Lanud Suryadarma. Bantuan logistik untuk daerah terisolir bisa disalurkan melalui helikopter. TNI, Polri, Ormas, relawan semua bekerjasama mengevakuasi warga dan memberikan bantuan.
Lalu apa upaya pencegahan setelah banjir? Sebab ini masih bulan Februari, jadwalnya hujan sehari-hari. Orang tua dulu bilang, jika sudah Maret, ya ret…hujan baru berhenti. Akan memasuki musim panas. Itu kalau normal.
Baca Juga:Banjir Surut, Sampah di Pantura MenggunungBanjir Terus Tiap Tahun, Warga: Pemkab Tidak Serius Tangani Banjir
Tapi kawan ngopi saya bilang, bahwa ancaman sekarang dobel: di darat ada air sungai yang meluap karena hujan dan di laut ada ancaman peningkatan volume air laut karena es terus mencair di kutub karena pemanasan global. Otomatis memicu peningkatan ketinggian air laut. Jadi kita menghadapi tiga ancaman: banjir, corona dan air laut pasang. Kalau sudah menghadapi laut, rasanya sulit. Kecuali Belanda yang sudah bisa menjinakkan laut. Nanti kita bahas sedikit.
Kini Pemkab Subang setidaknya akan menghadapi dua ‘PR’ besar sekaligus, yaitu pemulihan ekonomi karena hantaman Corona dan pemulihan wilayah Pantura usai banjir. Kerusakan infrastruktur paling kasat mata terlihat. Jalanan hancur, jembatan putus, tanggul jebol dan lainnya. Ditambah situasi sulit karena minimnya APBD. Semoga ini jadi amal ibadah para pemangku kebijakan. Mari kita bantu dan doakan.
Lalu bagaimana kita menghadapi semua ini? Khususnya persoalan banjir. Beberapa negara pernah dilanda banjir hebat dengan korban jiwa luar biasa banyaknya. Misal Belanda, tahun 1953 pernah disapu banjir hingga menewaskan sekiar 1.800 warga. Apalagi 2/3 wilayah Belanda memang berada di bawah permukaan laut.
Kejadian mengerikan juga pernah dialami Cina. Luapan Sungai Yangtze tahun 1931 menewaskan sekitar 3,7 juta jiwa. Akibat hanyut, tenggelam, kelaparan dan penyakit endemis setelah banjir hebat itu. Peristiwa banjir hebat juga pernah melanda Korea Utara tahun 2016 lalu yang menewaskan hampir 500 warga. Ratusan ribu warganya mengungsi dan kehilangan tempat tinggal.