PURWAKARTA-Alat Peraga Edukatif (APE) memiliki manfaat besar dalam proses pembelajaran. Terlebih pada saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar daring selama pandemi Covid-19 ini.
Demikian disampaikan Dosen Prodi PIAUD STAI KH EZ Muttaqien Annisa Purwani saat dihubungi Pasundan Ekspres melalui gawainya, Ahad (28/2).
“Belajar sambil menggunakan APE, khususnya bagi anak usia dini, akan sangat menyenangkan. Anak tidak merasa sedang belajar melainkan bermain,” kata Annisa yang juga Dosen Pembimbing Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa STAI KH EZ Muttaqien ini.
Baca Juga:Masyarakat Subang Pertanyakan Bantuan CBP dari BulogAkibat Ini, Harga Durian di Subang Meroket
Namun sayangnya, kata dia, penggunaan APE masih sangat jarang digunakan. Karena itu, lanjutnya, Prodi PIAUD STAI KH EZ Muttaqien berkomitmen untuk menyosialisasikan penggunaan APE ini melalui berbagai kegiatan. “Terbaru kami menggelar seminar dengan tema Sosialisasi Inovasi APE pada Masa Pandemi Covid-19 bagi Guru IGRA PC Kecamatan Plered dan Tegalwaru, pada akhir pekan kemarin. Kegiatan tersebut merupakan pengabdian kepada masyarakat sebagai tugas dosen dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi,” ujarnya.
Bertempat di RA Darussalam, Kampung Tegaljati, Desa Cibogohilir, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, seminar yang digelar sesuai protokol kesehatan tersebut diikuti oleh 26 peserta. “APE menuntut para guru untuk lebih kreatif dan inovatif. Melalui seminar tersebut, kami mengajak para guru yang tergabung dalam IGRA tersebut untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan APE,” ucapnya.
Dalam membuat APE, Annisa yang juga menjadi pemateri utama pada seminar tersebut, lebih menyarankan untuk memanfaatkan berbagai bahan yang bersumber dari lingkungan sekitar. “Dengan APE yang kreatif, anak-anak akan merasa senang dan betah, serta meningkatkan minat untuk belajar. Tingkat keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan APE pun lebih tinggi dibandingkan dengan metode satu arah yang konvensional,” katanya.
Penggunaan APE mempermudah guru dan anak dalam memahami pembelajaran, namun di sisi lain, Annisa mengakui bahwa guru terkendala ketersediaan APE itu sendiri. “Kebanyakan menunggu bantuan dari pihak terkait. Namun, hal tersebut bisa disiasati dengan cara menggunakan bahan bekas atau bahan daur ulang yang ada di lingkungan sekitar,” ucapnya.
Dirinya pun berharap, melalui seminar dan sosialiasi penggunaan APE semakin banyak diaplikasikan pada saat proses belajar mengajar. “Sehingga seminar tersebut bisa menginspirasi dan memicu kreativitas guru untuk selalu berinovasi,” katanya.(add/sep)